Ilustrasi badai sitokin pada pasien COVID-19 (universityofpennsylvania)
Badai sitokin atau cytokine storm merupakan komplikasi pada pasien COVID-19 yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan memicu kematian.
Menurut penelitian para ahli kesehatan dunia, hasil laboratorium pasien COVID-19 yang meninggal dunia, kemungkinan besar disebabkan oleh badai sitokin.
Hal ini berdasarkan jumlah sel darah putih, nilai absolut pada limfosit, platelet dan albumin, C-Reactive Protein (CRP) dan Inter-Leukin-6 (IL-6) yang mengindikasikan adanya 'kebanjiran' sel kekebalan tubuh.
Lantas, apa itu badai sitokin? Bagaimana pula gejala badai sitokin serta penanganannya pada pasien COVID-19? Indozone telah merangkumnya dari berbagai sumber berikut ini.
Badai sitokin berasal dari dua kata yaitu badai dan sitokin. 'Sitokin' merupakan protein sistem kekebalan tubuh.
Ketika protein ini diproduksi dalam jumlah yang terlalu banyak, maka akan terjadi kelebihan protein yang disebut 'badai'.
Badai sitokin adalah proses terjadinya pelepasan sitokin yang tak terkendali, sehingga menyebabkan sel darah putih bereplikasi.
Pada kondisi ini, sel imun tubuh justru menyerang jaringan sehat yang mengakibatkan peradangan.
Bagi pasien COVID-19, sitokin akan menuju jaringan paru-paru untuk mengirimkan sinyal agar sistem kekebalan tubuh merespon infeksi virus corona.
Saat terjadi badai sitokin, sitokin terus-menerus mengirimkan sinyal tersebut sehingga sel-sel kekebalan tubuh juga terus bereaksi meski infeksi sudah selesai.
Peradangan inilah yang membuat paru-paru dipenuhi oleh cairan, sehingga pertukaran oksigen sulit dilakukan.
Itulah sebabnya, pasien COVID-19 yang mengalami badai sitokin akan merasakan sesak napas yang makin berat.
Bukan itu saja, menurunnya kemampuan oksigen menyebar ke seluruh tubuh juga menyebabkan kegagalan organ tubuh.
Antara lain, paru-paru atas membengkak, jantung melemah, ginjal berhenti berfungsi, hati mengalami hepatitis iskemik, dan otak meradang.
Kondisi tersebut dikenal dengan istilah Multiple Organ Dysfunction Syndrom (MODS), yang dapat berujung pada kematian.
Hingga saat ini penyebab badai sitokin pada pasien COVID-19 belum diketahui secara pasti.
Namun, badai sitokin diduga berkaitan erat dengan sistem imun tubuh yang dimiliki seseorang.
Salah satunya, berasal dari kebiasaan mengonsumsi makanan yang mengandung zat pewarna diawetkan.
Sehingga infeksi virus corona yang menyerang tubuh menjadi lebih parah dan sistem imun pasien COVID-19 menjadi lebih rentan.
Pasien COVID-19 yang mengalami badai sitokin akan menunjukkan tanda-tanda tertentu.
Gejala badai sitokin ini pada dasarnya serupa dengan gejala virus corona, hanya saja tingkat keparahannya lebih tinggi.
Pada umumnya gejala badai sitokin yang akan muncul adalah sebagai berikut:
Terapi atau pengobatan yang diberikan kepada pasien COVID-19 yang mengalami badai sitokin, masih dalam penelitian.
Untuk saat ini, penanganan badai sitokin serupa dengan penanganan pasien COVID-19 bergejala berat.
Di antaranya yaitu pemakaian ventilator untuk mengatasi kesulitan bernapas.
Kemudian diberikan obat anti-interleukin-6, seperti Tocilizumab (actemra) untuk menghambat aktivitas sitokin.
Cuci darah juga akan dilakukan untuk mengatasi organ ginjal yang tidak berfungsi.
Disertai dengan pemberian infus dan pemantauan tanda-tanda vital seperti tekanan darah, denyut nadi, dan suhu tubuh secara intensif.
Demikianlah pengertian badai sitokin pada penderita COVID-19 yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh dan memicu kematian. Segera kunjungi layanan kesehatan terdekat jika mengalami tanda-tanda badai sitokin.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: