Stunting pada anak (pexels/@tomfisk)
Istilah stunting mungkin sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.
Sebab, masih banyak anak-anak di Indonesia yang dikategorikan mengalami stunting, terutama di wilayah Timur.
Berdasarkan data Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021, angka stunting di Indonesia masih menyerang 5,33 juta balita atau 24,4 persen.
Jumlah tersebut masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO), yaitu sebesar 20 persen.
Lalu, sebenarnya apa itu stunting dan penyebabnya? Bagaimana pula tanda atau ciri-ciri anak stunting? Simak penjelasan Indozone berikut ini!
Menurut WHO, stunting adalah gangguan tumbuh kembang yang membuat tubuh anak menjadi pendek atau kerdil.
Sebagian besar penyebab stunting yaitu kekurangan nutrisi (gizi buruk), infeksi berulang, dan kurangnya stimulasi psikologis.
Kondisi stunting bukan hanya terjadi setelah bayi dilahirkan, melainkan juga bisa dialami sejak bayi di dalam kandungan.
Anak yang mengalami stunting, hormon pertumbuhannya akan menurun, sehingga pertumbuhannya terhambat.
Selain itu, stunting juga mengakibatkan otak anak tidak berkembang dengan maksimal dan berdampak buruk terhadap tingkat kecerdasan.
Seorang anak dikatakan stunting apabila hasil pengukuran tinggi badannya, menunjukkan angka di bawah -2 standar deviasi (SD) grafik pertumbuhan anak (GPA) dari WHO.
Meski utamanya penyebab stunting adalah kekurangan nutrisi, ternyata ada banyak faktor lainnya yang menyebabkan terjadinya stunting pada anak.
Berikut ini sejumlah faktor yang memengaruhi seorang anak menderita stunting, antara lain:
Terhambatnya pertumbuhan janin di dalam rahim
Mengalami masalah bawaan selama kehamilan
Defisiensi hormon pertumbuhan
Kekurangan nutrisi yang terjadi secara terus-menerus
Terlalu cepat atau terlalu lambat memasuki masa pubertas
Keluarga memiliki perawakan pendek
Penyakit hormon (tiroid atau diabetes)
Kelainan genetik (sindrom Down, sindrom Cushing, sindrom Turner, sindrom Noonan, sindrom Russell-Silver, dan sindrom Prader-Willi)
Penyakit kronis (ginjal, jantung, atau paru-paru)
Kelainan tulang yang menyebabkan lengan dan kaki anak tumbuh lebih pendek
Kelainan kromosom
Ciri-ciri stunting pada anak memang bisa dikenali berdasarkan tinggi badannya. Akan tetapi, tidak semua anak pendek mengalami stunting.
Namun, anak stunting sudah pasti terlihat lebih pendek daripada anak-anak di usianya. Berikut tanda lainnya anak menderita stunting:
Bertubuh pendek
Mudah terserang berbagai penyakit infeksi
Wajah tampak lebih muda dari anak seusianya
Pertumbuhan gigi terlambat
Menurunnya kemampuan kognitif
Berat badan balita tidak naik bahkan cenderung menurun
Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam dan takut melakukan kontak mata
Telat menstruasi bagi anak perempuan
Untuk mencegah terjadinya stunting pada anak, ada beberapa cara yang bisa dilakukan.
Pencegahan stunting sebaiknya dilakukan sejak anak di dalam kandungan hingga remaja, di antaranya:
Lakukan pemeriksaan kandungan secara rutin
Pemantauan kesehatan pada 1.000 hari pertama kehidupan bayi
Memberikan makanan tinggi kalori, protein, serta mikronutrien
Melakukan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan penuh
Rutin memantau pertumbuhan perkembangan balita
Melakukan stimulasi dini perkembangan anak
Mengajarkan anak pengetahuan terkait gizi dan kesehatan
Hindari merokok, paparan asap rokok, dan penggunaan narkoba
Membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat
Itulah penjelasan mengenai stunting pada anak lengkap dengan penyebab, ciri-ciri, dan cara pencegahannya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: