Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengungkap sejumlah bahaya aborsi.
Menurutnya pengguguran janin secara paksa memiliki resiko yang tak sedikit. Seorang wanita yang melakukan aborsi akan sulit bisa hamil dalam keadaan yang aman dan anak lahir selamat.
"Ketika sudah aborsi dua kali, itu agak mengerikan. Peluang hamil menjadi kecil, maksud saya hamil yang sukses dan sampai lahir. Mungkin untuk hamil saja bisa," ucap Hasto, seperti yang dikutip dari ANTARA, Sabtu (11/6/2022).
Hasto menjelaskan peluang hamil akan rendah bila sudah melakukan aborsi. Apalagi bila dilakukan lebih dari sekali.
“Kalau sudah ketiga kali itu akan sulit. Jika kehamilan keempatnya tidak aborsi dan itu gagal, akan memberi dampak lebih buruk pada kehamilan berikutnya,” sambungnya.
Sementara itu, menanggapi penemuan tujuh janin yang digugurkan dan disimpan di dalam kotak makan di Sulawesi Selatan, Hasto menyebut bahayanya lebih fatal.
Pasalnya aborsi yang dilakukan dalam kasus tersebut merupakan abortus provokatus atau aborsi dengan sengaja karena menggunakan alat atau obat-obatan.
Menurut Hasto, jenis aborsi sangat berbahaya karena berisiko menyebabkan mulut rahim terkena infeksi akibat luka terbuka dari plasenta janin yang lepas.
Infeksi akan makin parah jika pembersihan rahim tidak secara optimal dan tidak sterilnya alat-alat untuk melakukan tindakan keji tersebut.
Baca juga: Geger Wanita Simpan 7 Janin Hasil Aborsi, BKKBN Ingatkan Pentingnya Pendidikan Seks
Selain infeksi, aborsi juga meningkatkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan yang hebat. Bahkan kegiatan aborsi secara tersembunyi, sering kali menyebabkan telatnya penanganan dari ahli medis yang akan berakibat fatal.
Tak sampai di situ, aborsi juga dapat menurunkan peluang seorang ibu untuk bisa memiliki keturunan pada kehamilan selanjutnya.
Aborsi yang terlalu sering bahkan tidak dapat menahan kehamilan usia 3 atau 4 bulan karena mulut rahim tidak bisa mengunci rapat atau terlalu kendur sehingga janin bisa keluar dengan sendirinya.
"Dia (pelaku) itu hanya sedang beruntung saja (saat menggugurkan secara berulang). Kalau suatu saat tidak beruntung, ketika memaksa rahim dibuka paksa, itu risikonya pendarahan hebat dan bisa juga kena infeksi karena dipaksa dengan alat yang tidak steril, akhirnya bernanah bisa memiliki peluang tidak bisa hamil lagi," ungkapnya.
Di luar dampak tersebut, Hasto meyakini bahwa aborsi terjadi karena rendahnya pengetahuan masyarakat terkait dengan kesehatan reproduksi.
Karenanya dia meminta pemerintah dari kementerian atau lembaga terkait untuk dapat meningkatkan dan memperkenalkan pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi sejak anak berada pada usia dini.
Hasto juga meminta kepada masyarakat untuk tidak melakukan aborsi yang mengancam jiwa ibu dan bayi.
Menurutnya, setiap kehamilan harus direncanakan dan dipikirkan dengan matang karena kehamilan adalah hal berharga yang harus dijaga.
“Menurut saya sudah waktunya kita berikan edukasi kesehatan reproduksi sejak dini karena ini penting. Kita sering kurang memperhatikan hal-hal yang seperti itu, kita bahkan hanya sibuk diskusi dan berdebat tentang dampaknya," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: