Mutiara Maharini, Psychologist Trainee Universitas Indonesia. (INDOZONE)
Masalah cyberbullying atau perundungan di dunia siber, tentu bukan lagi menjadi hal yang tabu. Beberapa di antara kamu bahkan pernah atau bahkan melihat orang mengalami cyberbullying.
Namun, menurut Influencer sekaligus Psychologist Trainee UI, Mutiara Maharini, banyak di antara mereka yang melihat adanya cyberbullying di media sosial, tapi jarang yang bertindak sesuatu.
Padahal, banyak cara yang bisa kamu lakukan, jika melihat situasi tersebut di media sosial. Salah satunya dengan mengirimi pesan kepada korban cyberbullying itu.
“Jadi kita tuh kalau ngeliat seseorang lagi kena cyberbullying, yuk, sesederhana kita message dia deh’,” ucap Mutiara Maharini, di sela acara Your Voice Matters di Auditorium Prof. Wuryanto UNNES, Semarang, Rabu (2/11/2022).
Baca Juga: Mutiara Maharini: Tingkat Membantu Orang yang Jadi Korban Cyberbullying Masih Rendah
“‘Eh aku lihat ada yang komen negatif di-post kamu, semoga kamu inget ya, kalo apa yang orang itu bilang enggak benar, lho. Kamu tuh udah oke kok, dengan badan kamu, dan ras kamu’. Kita kasih afirmasi (penegasan atau pengakuan) deh, sesederhana itu,” sambungnya.
Enggak hanya itu, jika kenal dengan orang yang menjadi korban cyberbullying tersebut, kamu juga bisa menemani dia melaporkan kejadian itu pihak yang berwajib.
“Atau ya ktia bisa bantu juga ya, ke jalaur hukum. Atau kita bsia tegur juga orang yang melakukan bullying. Jadi, cyberbullying ini topik yang menurut ku penting banget untuk gen Z tahu, supaya gen Z bisa cegah dan atasi bareng-bareng,” katanya.
Perempuan yang saat ini tengah melanjutkan pendidikan S2 psikologi di Universitas Indonesia itu, menceritakan bagaimana bahayanya dampak dari cyberbullying tersebut.
Baca Juga: Sering Terjadi Cyberbullying di Sosmed, Ini yang Harus Dilakukan agar Tak Jadi Korban
“Dampaknya itu pertama, kalo di anak muda ya, biasanya terlihat di masalah akademis. Performa akademisnya menurun, susah konsentrasi, susah buat tidur, insomnia. Awalnya tuh kayak gitu,” tuturnya.
Enggak hanya itu, kata perempuan yang akrab disapa Mahari ini, dampak paling bahaya dari cyberbullying yakni, korban bisa saja memutuskan untuk melukai diri sendiri.
“Muncul gejela-gejala depresi dan amit-amit, tapi harus diakui ini sering banget terjadi, mulai ada pemikiran self harm (menyakiti diri sendiri), bunuh diri. Karena kepercayaan diri rasanya tuh direnggut oleh pelaku dari cyberbullying ini,” ucap Mahari.
Meski pengguna media sosial cukup rentan terhadap cyberbullying, tapi None Jakarta 2019 ini menyebutkan ada sejumlah sisi positif.
“Setelah aku baca-baca, dari penelitian-penelitian psikologi, justru ditemukan bahwa orang yang punya media sosial, itu lebih bahagia dibandingkan orang yang enggak punya media sosial. Karena emang manusia itu mencari koneksi, dan media sosial, digitalization semua memudahkan koneksi itu untuk terjadi,” ujar Mahari.
Baca Juga: Publik Jepang Kaget Pegulat Hana Kimura Meninggal Diduga karena Cyberbullying
Akan tetapi, ada beberapa hal yang perlu kamu perhatikan dalam penggunaan media sosial. Termasuk tidak berlebihan dalam menggunakannya.
“Semua yang berlebihan itu engak baik, jadi mungkin teman-teman di sini boleh ambil satu tips bahwa, coba liat penggunaan media sosialnya. Jangan sampai lebih dari tiga jam,” tuturnya.
“Dan kalau misalnya, ‘Emang content creator, dan aku influencer kak susah’, okeh jangan sampai lebih dari 6 jam. Karena itu, adalah jam yang persis menentukan kita akan seberapa mudah terganggu secara psikologis kalo sudah terlalu banyak,” tambahnya.
Sebelum menutup perbincangan dalam acara Your Voice Matters, Mahari menyapaikan, agar kamu lebih bijak dalam menggunakan media sosial. Meskipun punya sedikit pengikut atau followers, tapi bisa jadi memberikan dampak untuk orang lain.
“Jadilah manfaat untuk orang-orang di sekitar kita, mau followers kita cuma 10, ataupun 10 juta, kita bisa kok dengan mudah, meng-upload sesuatu yang punya value, yang punya manfaat,” ujar Mahari.
“Dan followers kita yang 10 orang itu bisa jadi terbantu, lho. Dan karena itu, bayangin kalo semua orang kayak gitu, pasti kita generasi Z, generasi muda, bahkan Indonesia bisa berkembang jauh lebih cepat dan jauh lebih baik,” lanjutnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: