Ilustrasi nyeri menstruasi yang parah. (freepik.com)
INDOZONE.ID - Nyeri menstruasi merupakan masalah umum yang dialami banyak wanita. Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa wanita yang mengalami depresi memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami nyeri menstruasi yang parah, benarkah demikian? Berikut beberapa penjelasannya.
Ilustrasi dismenore. (freepik.com)
Dismenore adalah istilah medis untuk nyeri yang terjadi selama menstruasi. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang bervariasi, mulai dari ringan hingga sangat menyakitkan. Nyeri ini biasanya dirasakan di perut bagian bawah atau panggul dan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Dismenore terbagi menjadi dua jenis utama:
Baca Juga: Jarang Diketahui, Ini 4 Manfaat Tomat untuk Meredakan Nyeri Menstruasi
Nyeri menstruasi yang tidak disebabkan oleh kondisi medis tertentu. Umumnya, dismenore primer terjadi akibat kontraksi alami rahim dan sering dimulai sejak menstruasi pertama hingga usia reproduksi. Nyeri biasanya muncul satu hingga tiga hari sebelum menstruasi dan berlangsung selama dua hingga tiga hari.
Nyeri ini disebabkan oleh kondisi medis tertentu, seperti endometriosis, penyakit radang panggul, atau fibroid rahim. Jenis ini cenderung berkembang di usia yang lebih dewasa dan sering kali menyebabkan gejala yang lebih parah dibandingkan dismenore primer.
Baca Juga: 7 Minuman untuk Mengurangi Nyeri Menstruasi, Mudah Dibuat di Rumah!
Ilustrasi depresi. (freepik.com)
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Briefings in Bioinformatics, wanita dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan pria. Depresi sering kali disertai dengan gejala fisik seperti gangguan tidur dan kelelahan, yang dapat memperburuk nyeri menstruasi.
Penelitian ini juga menemukan bahwa depresi dapat meningkatkan kadar kortisol, hormon stres yang dapat memengaruhi siklus menstruasi. Peningkatan kortisol ini dapat menyebabkan nyeri yang lebih intens atau menstruasi yang tidak teratur.
Melalui teknik analisis genetik Mendelian randomisation, para peneliti menemukan adanya gen tertentu yang mungkin berperan dalam hubungan antara depresi dan nyeri menstruasi. Studi ini mencakup lebih dari 600.000 kasus dari populasi Eropa dan 8.000 dari populasi Asia Timur.
Penelitian ini juga menyoroti bahwa gangguan tidur menjadi faktor penghubung utama antara depresi dan nyeri menstruasi. Menurut Dr. Monica Agrawal, fokus pada penanganan depresi dan dismenore secara bersamaan dapat memberikan hasil yang lebih efektif.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Onlymyhealth.com