Ilustrasi pria alami gejala andropause atau menopause pada pria.
INDOZONE.ID - Menopause pada perempuan, menandai akhir dari siklus reproduksi mereka. Namun, pria juga mengalami berbagai gejala dan perubahan, seiring bertambahnya usia, yang oleh beberapa orang sering disamakan dengan menopause perempuan.
Kondisi ini, sering disebut sebagai andropause. Meskipun, istilah itu dianggap menyesatkan oleh sebagian ahli.
Menurut sebuah artikel dalam jurnal Social History of Medicine, istilah andropause mulai diperbincangkan sejak akhir 1930-an hingga pertengahan 1950-an. Namun, penelitian modern menunjukkan, andropause tidak memiliki batasan jelas sebagai diagnosis medis.
Perubahan pada pria lebih sering dikaitkan dengan kondisi yang disebut, Androgen Decline in the Aging Male (ADAM) atau hipogonadisme onset lambat. Kondisi ini terjadi secara alami ketika organ reproduksi pria mulai kehilangan fungsinya, seiring bertambah usia.
Hanya sekitar 2,1 persen pria yang mengalami hipogonadisme ini. Angka tersebut meningkat seiring bertambahnya usia, tetapi tidak dianggap sebagai bagian alami dari perkembangan pria seperti menopause pada wanita.
Baca Juga: Kafein Ternyata Pengaruhi Kesehatan Reproduksi Pria: Pencinta Kopi, Yuk Baca!
Gejala yang sering dikaitkan dengan andropause muncul secara perlahan dan tidak seintens menopause pada wanita. Penurunan hormon testosteron pada pria, juga terjadi lebih bertahap. Beberapa gejala yang mungkin muncul meliputi:
Sebuah studi dalam New England Journal of Medicine menemukan gejala paling umum meliputi:
Gejala lainnya termasuk kehilangan energi, sulit berjalan jauh, dan kesulitan melakukan aktivitas fisik berat seperti berlari atau mengangkat beban.
Ilustrasi pria yang mengalami disfungsi ereksi.
Setelah usia 30 tahun, kadar testosteron pada pria menurun sekitar 1 persen per tahun. Namun, penurunan alami ini bukan satu-satunya penyebab gejala andropause.
Gejala sering kali muncul pada pria yang memiliki masalah kesehatan seperti:
Faktor gaya hidup juga berkontribusi, seperti:
Ereksi yang terganggu, misalnya, bisa disebabkan oleh perubahan pada pembuluh darah atau masalah saraf.
Dokter biasanya tidak mendiagnosis andropause sebagai kondisi medis, karena gejala dan penyebabnya sangat bervariasi. Diagnosis lebih sering difokuskan pada hipogonadisme onset lambat.
Sebab, hal itu yang melibatkan penurunan kadar testosteron di bawah 11 nmol/L, disertai tiga gejala seksual utama seperti penurunan libido atau disfungsi ereksi.
Baca Juga: Dear Cowok, Hati-Hati Kolesterol Tinggi Bisa Sebabkan Disfungsi Ereksi Lho
Karena tidak ada definisi medis yang pasti, penanganan andropause difokuskan pada gejala yang dialami individu. Beberapa langkah penanganan meliputi:
1. Gaya Hidup Sehat
2. Penanganan Kondisi Penyerta
3. Terapi Psikologis
Jika gejala melibatkan depresi atau kecemasan, dokter mungkin merujuk ke psikolog untuk terapi perilaku atau pemberian antidepresan.
4. Terapi Testosteron
Dokter dapat merekomendasikan terapi ini untuk meningkatkan kadar testosteron. Namun, terapi ini memiliki risiko seperti kanker prostat, gangguan saluran kemih, dan penyakit jantung iskemik.
Bukti medis saat ini belum cukup untuk mendefinisikan andropause sebagai kondisi medis yang jelas. Namun, Androgen Decline in the Aging Male (ADAM) adalah kondisi yang dapat menghasilkan gejala serupa.
Pria yang menghadapi gejala-gejala tersebut, disarankan menjalani gaya hidup sehat. Seperti, pola makan seimbang, olahraga teratur, serta menghindari rokok dan alkohol.
Selain itu, mengelola kondisi medis yang mendasari juga dapat mengurangi dampak penuaan pada kesehatan pria.
Jika kamu mengalami gejala-gejala seperti disfungsi ereksi, kelelahan, atau perubahan suasana hati, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Medical News Today