INDOZONE.ID - Kesehatan gigi dan mulut anak merupakan aspek penting yang perlu diperhatikan sejak dini.
Masalah gigi bisa muncul pada usia dini dan berpotensi berdampak signifikan pada kesehatan dan tumbuh kembang anak di masa depan.
Salah satunya maloklusi, atau ketidaksesuaian posisi gigi pada rahang atas dan bawah. Maloklusi merupakan salah satu masalah kesehatan gigi yang umum terjadi pada anak-anak.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maloklusi dapat menjadi hambatan bagi kesehatan fisik dan emosional anak.
Prevalensi maloklusi di Indonesia masih tinggi, dengan sekitar 80% populasi dan 30-60% anak di bawah tiga tahun mengalaminya.
Oleh karena itu, perawatan kesehatan gigi sejak dini sangat penting untuk mendukung tumbuh kembang anak yang optimal.
Dokter Spesialis Kedokteran Gigi Anak, drg. Aliyah, Sp.KGA. (INDOZONE/Nadya Mayangsari)
"Sekitar 30-60% dari total anak pada usia 3 tahun mengalami maloklusi atau ketidakteraturan susunan gigi yang merupakan salah satu gangguan pertumbuhan rahang. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari kebiasaan mengisap jari, penggunaan dot yang tidak tepat, hingga faktor genetik. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memilih produk perawatan gigi yang sesuai sejak dini, seperti penggunaan infant toothbrush untuk membersihkan lidah, memijat gusi, dan menyikat gigi pertama si Kecil," kata Dokter Spesialis Kedokteran Gigi Anak, drg. Aliyah, dalam jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, Senin (28/4/2025).
Baca Juga: Antisipasi Ngereog, Tips Sikat Gigi Anak Usia 1 Tahun ala Dokter Spesialis Gigi Anak
Selain kesehatan gigi dan rahang, kualitas tidur juga menjadi aspek penting dalam mendukung tumbuh kembang anak secara optimal.
Tidur yang berkualitas membantu tubuh dan otak anak berkembang dengan baik, serta memperkuat sistem imun.
Kualitas tidur anak yang baik melibatkan kenyamanan dan perhatian orang tua karena memiliki peran dalam memastikan anak mendapatkan perawatan fisik dan emosional yang seimbang.
Maloklusi merupakan ketidaksesuaian atau ketidaknormalan posisi gigi pada rahang atas dan bawah ketika bertemu.
Menurut WHO, Maloklusi merupakan cacat atau gangguan fungsional yang bisa menjadi hambatan bagi kesehatan fisik maupun emosional dari pasien yang membutuhkan perawatan.
Survei Kesehatan Indonesia (SKI) menunjukkan bahwa 56,9% masyarakat mempunyai masalah kesehatan gigi.
Prevalensi Maloklusi di Indonesia masih tinggi, sekitar 80% populasi dengan 30-60% anak usia di bawah tiga tahun mengalaminya.
Penting untuk memilih dot yang sesuai dan tepat, yang dirancang dengan dot orthodontic.
Baca Juga: 5 Cara Agar Anak-anak Gak Takut Pergi ke Dokter Gigi, Salah Satunya Pilih Dentist Berkonsep Unik
Dot Orthodontic memiliki mekanisme yang menyerupai DBF (menyusu langsung), sehingga tidak membuat bingung puting, mencegah tersedak, dan sudah teruji klinis guna mencegah Maloklusi.
Membersihkan gigi anak dengan Infant Toothbrush yang terbuat dari bahan dasar silicon dan telah BPA FREE, serta menyikat gigi sehari dua kali selama dua menit dengan menggunakan pasta gigi berflouride.
Jadwalkan dengan dokter gigi untuk melakukan pengecekan gigi secara rutin untuk bayi pada saat mulai tumbuh gigi pertama.
Periksakan gigi si kecil setiap tiga sampai empat bulan sekali atau tiga kali dalam setahun.
"Setelah si Kecil mulai menggunakan dot, pilihlah dot orthodontic yang aman dan telah teruji klinis untuk mendukung posisi gigi dan rahangnya. Dot dengan desain pipih ini membantu mencegah overbite atau underbite, mendukung gerakan menghisap (sucking motion) yang alami, sekaligus mencegah bingung puting, kondisi yang sering muncul saat si Kecil beralih antara menyusu langsung dan botol. Pemilihan produk yang tepat bukan sekadar soal fungsi, tapi juga merupakan bentuk cinta act of service orang tua kepada anak dalam rutinitas sehari-hari," tambah drg. Aliyah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung