INDOZONE.ID - Aan Mansyur adalah penulis dan penyair Indonesia yang terkenal akan puisi-puisinya.
Puisi ciptaan Aan Mansyur makin populer sejak muncul dalam film Ada Apa dengan Cinta? 2.
Enggak hanya mengisahkan cinta, puisi hasil karya Aan Mansyur juga banyak yang bercerita tentang kehidupan.
Nah, INDOZONE sudah merangkum kumpulan puisi tentang cinta dan kehidupan karya Aan Mansyur di bawah ini.
Puisi Pendek Aan Mansyur
Beberapa puisi Aan Mansyur memiliki bait yang pendek dan sangat singkat. Meski begitu, makna puisinya tetap mendalam.
1. Ada Anak Kecil Kesepian di Tubuh Ayahmu
Ibumu tumbuh jadi perempuan yang pandai memasak
dan memiliki anak-anak yang sering diserang kelaparan dan pertanyaan-pertanyaan
Aku cuma seorang ayah yatim-piatu
2. Surat Pendek buat Ibu di Kampung
Aku memilih tinggal di kota dan itu adalah hukuman
Jangan pernah mengunjungiku
Agar aku bisa tiba-tiba merindukanmu di antara hal-hal yang teratur
Agar aku memiliki satu hal indah yang bisa membuat dadaku bersedih sebelum tidur
Memeluk diri sendiri dan tidak memimpikan apa-apa selain masa silam di rahimmu
3. Jangan Bertanya Kenapa
Jika kau ingin menyembunyikan kesedihanmu
Aku akan berada di dasar paling gelap lautan
—atau hidup, apa bedanya?—
Sebagai jutaan hewan kecil yang bernapas dan bernyanyi untukmu dengan cahaya
Jika kau ingin terbang tanpa angin tapi langit membuatmu takut
Aku akan jadi kebebasan dan sayap yang tidak pernah lelah mengepak di punggungnya
Jangan bertanya mengapa
Setiap orang memiliki satu jawaban yang menolak diberi pertanyaan
Kelak
Kau tahu
Puisi Cinta Aan Mansyur
Puisi cinta Aan Mansyur digemari banyak pembaca karena sajaknya yang menyentuh hati. Ada yang romantis dan ada juga yang galau.
4. Tidak Ada New York Hari Ini
Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan cinta—kau tak ingin aku
mematikan mata lampu
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening
Kau yang dingin di kenang
Hari ini tidak pernah ada
Kemarin tidak nyata
Aku sendiri dan tidak menulis puisi ini
Semua kata tubuh mati semata
Puisi adalah museum yang lengang
Masa remaja dan negeri jauh
Jatuh dan patah
Foto-foto hitam putih
Aroma kemeja ayah dan senyum perempuan yang tidak membiarkanku merindukan senyum lain
Tidak ada pengunjung
Tidak ada pengunjung
Di balik jendela langit sedang mendung
Tidak ada puisi hari ini
Tidak ada puisi kemarin
Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat menuliskannya
5. Menjadi Hantu
Aku ingin tidur seharian di sepatumu
Saat kau pergi ke kantor menggunakan sepatu lain
Menunggumu di rumah tanpa mengeluh
Aku ingin jadi warna kesukaanmu melingkari lehermu
Berpura-pura sebagai selendang
Karena seorang pria lain tidak putus menginginkan dadamu
Aku ingin mendengkur bagai ular sawah atau angin di sudut kamar
di tumpukan pakaian kotormu
Mereka hangat, dekat, mendekap, dan masih beraroma kita
6. Pukul 4 Pagi
Tidak ada yang bisa diajak berbincang
Dari jendela kau lihat bintang-bintang sudah lama tanggal
Lampu-lampu kota bagai kalimat selamat tinggal
Kau rasakan seseorang di kejauhan menggeliat dalam dirimu
Kau berdoa: semoga kesedihan memperlakukan matanya dengan baik
Kadang-kadang, kau pikir
Lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang
Jika ada seorang telanjur menyentuh inti jantungmu
Mereka yang datang kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan
Dirimu tidak pernah utuh
Sementara kesunyian adalah buah yang menolak dikupas
Jika kaucoba melepas kulitnya
Hanya akan kau temukan kesunyian yang lebih besar
Pukul 4 pagi. Kau butuh kopi segelas lagi.
7. Akhirnya Kau Hilang
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di mana-mana
Di udara dingin yang menyusup di bawah pintu
atau di baris-baris puisi lama yang diterjemahkan dari bahasa-bahasa jauh
Di sepasang mata gelandangan yang menyerupai jendela rumah berbulan-bulan tidak dibersihkan
atau di balon warna-warni yang melepaskan diri dari tangan seorang bocah
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di jalan-jalan yang lengang
atau bangku-bangku taman yang kosong
Aku menemukanmu di salju yang menutupi kota seperti perpustakaan raksasa yang meleleh
Aku menemukanmu di gerai-gerai kopi, udara, dan aroma makanan yang kurang atau terlalu matang
Aku menemukanmu berbaring di kamarku yang kosong saat aku pulang
dengan kamera dan kepala berisi orang-orang murung yang tidak kukenal
Kau sedang menyimak lagu yang selalu kau putar
Buku cerita yang belum kelar kau baca telungkup bagai bayi tidur di dadamu
Tidak sopan katamu, mengerjakan hal lain sambil menyimak kesedihan dinyanyikan
Akhirnya kau hilang
Meninggalkan aku—dan kenangan kini satu-satunya masa depan yang tersisa
Puisi Ciptaan Aan Mansyur
Selain puisi Aan Mansyur tentang cinta, puisi tentang orang tua dan kehidupan juga banyak diciptakan Aan Mansyur.
8. Pulang ke Dapur Ibu
Aku hidup di antara orang-orang yang memilih
Melakukan usaha lebih keras untuk menyakiti orang lain
daripada menolong diri sendiri
Aku ingin pulang ke dapur ibuku
Melihatnya sepanjang hari tidak bicara
Aku ingin menghirup seluruh kebahagiaannya
yang menebal jadi aroma yang selalu membuat anak kecil dalam diriku kelaparan
Aku ingin hidup dan diam bersama ibuku
Aku akan menyaksikan ia memetik sayur di kebun kecilnya
di halaman belakang untuk makan malam yang lengang
Aku ingin membiarkannya tersenyum menatapku makan tanpa bernapas
Aku ingin melihat ibuku tetap muda dan mudah tersenyum
Aku ingin menyimak seluruh kata yang tidak ia ucapkan
Aku ingin hari-harinya sibuk menebak siapa yang membuatku tiba-tiba suka bernyanyi di kamar mandi
9. Puisi Tidak Menyelamatkan Apa Pun
Puisi tidak menyelamatkan apa pun
Namun memberi keberanian membuka jendela dan pintu pada pagi hari
Menyeret kakiku menghadapi dunia yang meleleh
di jalan-jalan kota yang tidak berhenti berasap
Puisi tidak menyelamatkan apa pun
Namun dari matanya kulihat seekor anjing berjalan menuntun seorang pria tua buta di taman
Dari hidungnya kuhirup ladang-ladang jauh
yang tumpah sebagai parfum mahal di pakaian orang asing
Dari telinganya kusimak musik dari getar senar gitar para imigran bernasib gelap
Puisi tidak menyelamatkan apa pun
Namun jari-jarinya menyisir rambutku yang dikacaukan cuaca
Sepasang lengannya memeluk kegelisahanku
Tubuh ayahku kumakamkan di punggungnya yang bersayap
Tanah kelahiranku memanggil-manggil di suaranya yang sayup
Dan, di lembap bibirnya kukecap senyummu
Berulang kali setiap redup dan berharap
10. Batas
Semua perihal diciptakan sebagai batas
Membelah sesuatu dari sesuatu yang lain
Hari ini membatasi besok dan kemarin
Besok batas hari ini dan lusa
Jalan-jalan memisahkan deretan toko dan perpustakaan kota
Bilik penjara dan kantor walikota
Juga rumahmu dan seluruh tempat di mana pernah ada kita
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata
Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya—dan sebaliknya
Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula menjauhkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini? Lihat, tanda tanya itu
Jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi
Itulah kumpulan puisi yang diciptakan oleh Aan Mansyur. Mana nih puisi yang paling kamu suka?
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: