INDOZONE.ID - Bahasa Ngapak adalah salah satu dialek dari bahasa Jawa yang digunakan terutama oleh masyarakat di wilayah Banyumas, Jawa Tengah.
Dalam buku H Budiono Herusatoto "Banyumas; Sejarah, Budaya, Bahasa, dan Watak" menjelaskan bahwa bahasa ngapak termasuk dalam sejarah bahasa Jawa, menjadi bagian dari tahap awal bahasa Jawadwipa, atau bahasa orang-orang yang tinggal di Pulau Jawa.
Dialek ini memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dari dialek Jawa lainnya, seperti Solo dan Yogyakarta.
Menurut Gatikasari Mujiastuti dalam jurnal "Identitas Dialek Banyumasan sebagai Konstruksi Budaya Studi Penggunaan Dialek Banyumasan di Kalangan Penutur Asli Banyumas yang Berada di Semarang", disebutkan bahwa dialek Banyumasan lebih tua dibandingkan dengan dialek Jawa lainnya. Hal ini terkait dengan perkembangan bahasa Jawa dalam tahap empat , dimulai dari bahasa Jawa kuno hingga bahasa Jawa modern.
Baca Juga: Blak-blakan, Habib Usman Nggak Suka Istrinya, Kartika Putri Bicara Ngapak dan Menor
Pada abad ke-9 hingga ke-13, bahasa tersebut masih disebut sebagai bahasa Jawa kuno. Namun, pada abad ke-13 hingga ke-17, ia berubah menjadi bahasa Jawa abad pertengahan. Pada abad ke-16 dan ke-17, ia berubah menjadi bahasa Jawa baru. Akhirnya, pada abad ke-20, bahasa tersebut dikenal menjadi bahasa Jawa modern.
Salah satu ciri khas bahasa Ngapak adalah pengucapan yang cenderung lebih tegas dan "datar" dibandingkan dengan dialek Jawa lainnya. Misalnya, penggunaan suara vokal dan konsonan yang lebih jelas dan kuat. Intonasi dalam bahasa Ngapak sering kali dianggap lebih "kasar" dan "langsung," mencerminkan karakter masyarakat yang lugas dan blak-blakan.
Bahasa Ngapak memiliki sejumlah kosakata yang unik dan berbeda dari bahasa Jawa pada umumnya. Contoh kosakata yang umum digunakan adalah "Ngapak" sendiri berasal dari kata "napak," yang berarti "melangkah" atau "membelah," mencerminkan filosofi masyarakat Banyumas yang tegas. Kata-kata sehari-hari seperti "bocah" (anak), "mangan" (makan), dan "kencot" (lapar) sering kali memiliki variasi yang berbeda dari kosakata Jawa lainnya.
Bahasa Ngapak memiliki sistem kata ganti yang lebih sederhana dibandingkan dengan dialek Jawa lainnya. Misalnya, penggunaan kata ganti "nyong" untuk "saya" dan "kowe" untuk "kamu" lebih umum dan langsung. Bahasa Ngapak menggunakan penanda waktu yang lebih lugas. Misalnya, untuk menunjukkan waktu lampau, penggunaan kata "wis" (sudah) sangat umum, sedangkan dalam dialek lain bisa lebih beragam.
Baca Juga: Dua Bahasa Lebih Baik, Ini Manfaat dan Strategi Mendidik Anak Bilingual
Orang Banyumasan masih menggunakan bahasa Ngapak dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Ngapak tetap menjadi identitas budaya lokal meskipun pengaruh bahasa Indonesia semakin meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi upaya untuk mempromosikan dan melestarikan bahasa Ngapak melalui pendidikan, kesenian, dan media sosial.
Bahasa Ngapak tidak hanya berfungsi sebagai cara berkomunikasi , tetapi juga merupakan bagian dari identitas budaya yang kuat dari masyarakat Banyumas.
Bahasa Ngapak menunjukkan kekayaan linguistik yang patut dilestarikan dan diperkenalkan lebih luas lagi karena memiliki banyak variasi dalam fonologi, pemahaman, tata bahasa, dan ekspresi budaya. Untuk mempertahankan warisan budaya Indonesia, penting untuk melestarikan dan mengembangkan bahasa Ngapak.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Banyumas; Sejarah, Budaya, Bahasa, Dan Watak"