Kamis, 26 MEI 2022 • 15:06 WIB

Menohok! Siswi Ini Kritik Soal Kurikulum Sekolah yang Berubah-ubah Tiap Ganti Menteri

Author

Siswi yang mengkritik pemerintah soal kurikulum yang bolak-balik berganti saban pergantian menteri dan presiden. (Instagram/@undercover.id)

Sudah menjadi pengetahuan umum di masyarakat Indonesia bahwa kurikulum di sekolah sering berganti seiring pergantian Menteri Pendidikan dan presiden.

Sejak Indonesia merdeka, tercatat sejauh ini kurikulum di Indonesia sudah berganti sepuluh kali, mulai dari Kurikulum 1947, Kurikulum 1952, Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006, dan Kurikulum 2013.

Tak berhenti sampai di situ, belakangan santer soal Kurikulum Merdeka Belajar atau Kurikulum 2022 usungan Kemendikbud di bawah Menteri Nadiem Makarim.

Akibatnya, banyak materi pelajaran yang berubah di sekolah. Termasuk pula berimbas pada buku-buku pelajaran yang terpaksa ditulis dan dicetak ulang sesuai model kurikulum yang baru, yang ujung-ujungnya adalah bisnis.

Melihat kenyataan itu, seorang siswi SMAS St Familia Wae Nakeng, Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, menyampaikan kritik saat sekolahnya disambangi oleh  anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira, pada Senin, 9 Mei 2022.

Dengan lantang, ia mengkritik pemerintah yang kerap mengganti kurikulum yang pada akhirnya menyulitkan siswa dan guru.

Siswi tersebut bernama Anjelina Yulianti. Ia adalah Ketua OSIS di sekolahnya.

Menurutnya, pergantian kurikulum yang terlalu sering tersebut membuat pendidikan Indonesia sulit untuk berkembang, dan sebaliknya justru membuat siswa dan guru kewalahan.

Berikut kritik menohok yang ia sampaikan.

Mewakili seluruh siswa-siswi SMAs ST. Familia Wae Nakeng ini, ingin memberikan satu usulan berkaitan dengan kurikulum pendidikan di Indonesia,

Kita ketahui bersama bahwa kurikulum di Indonesia ini terdiri atas KTSP, Kurikulum 2013, dan ada lagi yang baru-baru ini kurikulum merdeka belajar.

Trennya selama ini di Indonesia, sudah dari dulu, ketika presiden diganti atau pun ketika Menteri Pendidikan diganti, maka kurikulum pendidikan pun ikut berganti.

Jadi kesannya kurikulum ini hanya dilakukan hanya untuk uji coba saja karena sering berganti ketika presiden itu diganti dan juga Menteri pendidikan diganti.

Jadi menurut saya, mungkin salah satu penyebab pendidikan di Indonesia ini kurang adanya kemajuan itu karena adanya pergantian kurikulum yang dilakukan secara terus menerus.

Jadi dampaknya bagi kami para pelajar adalah kami belum mampu memahami kurikulum yang sedang berjalan, lalu dipaksa lagi untuk beradaptasi dengan kurikulum yang baru.

Jadi kami mengalami kewalahan, dan mungkin para bapak ibu guru pun mengalami kewalahan ketika beradaptasi dengan kurikulum yang baru lagi.

Artikel Menarik Lainnya:

Jogja Bikin Sekolah Lansia di Kotagede, Ada Kurikulum Juga seperti Sekolah untuk Anak-Anak

Wapres Ma'ruf Amin Dorong Pengetahuan Fesyen Muslim Masuk Kurikulum Pendidikan

Gubernur Sumbar: SMK Harus Sesuaikan Kurikulum Dengan Kebutuhan Dunia Kerja

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: