Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kecemasan dan depresi meningkat sebesar 25% selama pandemi COVID-19. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, dampak COVID-19 terhadap kesehatan mental hanyalah puncak gunung es.
Tedros meminta negara memperhatikan kesehatan mental masyarakatnya. Banyak orang yang memerlukan dukungan untuk kesehatan mentalnya selama pandemi COVID-19.
"Ini adalah peringatan bagi semua negara untuk lebih memperhatikan kesehatan mental dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam mendukung kesehatan mental populasi mereka," kata Tedros, dikutip dari laman WHO pada Rabu (16/3/2022).
Baca juga: 4 Hal Ini Jangan Kamu Katakan Kepada Mereka yang Berjuang Melawan Kesehatan Mental
Meningkatnya kecemasan dan depresi ini disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena isolasi dan kurangnya dukungan dari orang terdekat. Kesedihan setelah kehilangan orang yang dicintai karena terpapar COVID-19 hingga mengalami masalah keuangan juga memicu kecemasan dan depresi.
Selama pandemi dan sejak adanya pembatasan sosial, layanan untuk kondisi mental, neurologis dan penggunaan zat adalah yang paling terganggu di antara semua layanan kesehatan.
Berdasarkan survei terbaru WHO tentang kesinambungan layanan kesehatan esensial menunjukkan bahwa 90% negara bekerja untuk memberikan dukungan kesehatan mental dan psikososial kepada pasien dan responden COVID-19.
Sejumlah negara relag menyiapkan renacana aksi kesehatan mental komprehensif 2013-2030 yang mencakup indikator kesiapan untuk kesehatan mental dan dukungan psikososial dalam keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: