Sabtu, 11 JUNI 2022 • 11:11 WIB

Geger Wanita Simpan 7 Janin Hasil Aborsi, BKKBN Ingatkan Pentingnya Pendidikan Seks

Author

Ilustrasi janin (Freepik/Vladimir Zotov)

Belakangan publik digegerkan dengan temuan tujuh janin yang disimpan di dalam kotak makanan di sebuah kamar kos di Makassar, Sulawesi Selatan.

Janin-janin tersebut merupakan hasil aborsi seorang wanita berinisial NM. Dia mengaku sengaja tidak menguburkan janinnya lantaran menunggu untuk dinikahi sang kekasih.

Menanggapi kasus tersebut, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengimbau pemerintah untuk memberikan edukasi terkait kesehatan reproduksi kepada masyarakat.

Hal ini penting untuk mencegah semakin banyaknya aborsi yang dilakukan oleh seorang perempuan.

“Kita itu sangat minim edukasi tentang seks. Negara kita sering menganggap kalau sex education adalah hal yang tabu, karena itu dianggap sebagai pelajaran tentang hubungan seks. Padahal seks education itu hanya sebatas laki-laki dan perempuan,” ucap Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, seperti dikutip dari ANTARA, Sabtu (11/6/2022).

Hasto menjelaskan keputusan untuk melakukan aborsi oleh seorang perempuan adalah sebuah sinyal bahwa edukasi terkait kesehatan reproduksi sangat dibutuhkan sejak anak-anak duduk di bangku sekolah.

Sebab, menurutnya, aborsi lebih banyak memberikan dampak buruk pada ibu, seperti pendarahan hebat, infeksi, berkurangnya potensi untuk hamil serta meningkatkan potensi kanker mulut rahim (serviks) apabila dilakukan pada usia muda.

Sayangnya, berbagai dampak tersebut belum bisa dipahami oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan minimnya pengetahuan yang kemudian membentuk perilaku-perilaku atau pola pikir menyimpang sehingga memicu timbulnya penyakit tertentu atau gangguan pada alat reproduksi.

“Banyak kematian di negara kita itu sebenarnya bukan karena silent killer, tetapi justru karena penyakit yang preventable karena kita 'terlalu', sehingga akhirnya, perilaku seks mencerminkan ketidaktahuan dan akhirnya banyak membawa korban,” beber Hasto.

Hasto mengungkap pemahaman kesehatan reproduksi sebenarnya bisa secara bertahap diberikan sejak anak duduk di kelas satu SD.

Di mana anak dapat mulai diajarkan untuk mengenal alat kelaminnya terlebih dahulu dan diajarkan cara membersihkannya.

Kemudian saat menginjak usia remaja, anak-anak dapat diperkenalkan dengan kanker mulut rahim (serviks) yang diakibatkan oleh seks yang aktif dilakukan pada usia muda beserta dampaknya bagi perempuan.

Baca juga: Heboh Wanita Aborsi 7 Janin, Ketahui Efek Samping Aborsi Bagi Kesehatan Tubuh

Sekolah juga bisa berinisiatif menambah wawasan para remaja dengan membentuk mata pelajaran tersendiri ataupun ekstrakulikuler yang mewadahi pengetahuan terkait kesehatan reproduksi tersebut.

Menurut Hasto, peningkatan pengetahuan bisa menjadi senjata bagi pemerintah untuk menuntaskan dan menurunkan angka aborsi yang tidak diketahui jumlahnya secara riil di dalam masyarakat.

BKKBN sendiri saat ini telah membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang berjumlah sebanyak 600 ribu tim. 

Selain untuk mencegah anak terkena kekerdilan (stunting), tim itu bertugas mendata setiap ibu hamil yang ada untuk diberikan pendampingan sekaligus edukasi kesehatan.

Dengan demikian, diharapkan jumlah kelahiran yang tidak diinginkan dapat berkurang sekaligus menghindari perilaku aborsi yang membahayakan jiwa ibu dan setiap anak yang akan dilahirkan di masa depan.

“Semakin banyak yang unwanted pregnancy, semakin berisiko terjadinya keguguran atau pengguguran. Tentu ini sesuatu yang berkolerasi, saya rasa ada faktor itu yang saling terkait,” pungkas Hasto. 
 

Artikel Menarik Lainnya:

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: