Sabtu, 10 AGUSTUS 2024 • 17:20 WIB

4 Fakta Menarik Vape yang Jadi Ancaman Baru bagi Kesehatan Mental Remaja

Author

Ilustrasi vape pada kesehatan mental remaja. (freepik.com)

INDOZONE.ID - Vape atau rokok elektrik, kini menjadi masalah besar di kalangan remaja. Meskipun awalnya dipromosikan sebagai alternatif yang lebih aman daripada merokok, vaping telah menimbulkan kekhawatiran serius terkait kesehatan mental anak muda.

Berikut empat fakta vape yang menjadi ancaman baru bagi kesehatan mental remaja:

Rasa Manis yang Menjebak

Ilustrasi wanita yang sedang menghirup vape. (freepik.com)

Vape melibatkan inhalasi uap dari perangkat elektronik, umumnya berupa rokok elektrik yang mengandung nikotin, bahan perasa, dan bahan kimia lainnya.

Fenomena ini semakin menyebar di kalangan remaja, dengan sekitar 37 juta anak berusia 13 hingga 15 tahun terlibat dalam penggunaan tembakau.

Menurut Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, industri tembakau berusaha menjual nikotin kepada anak-anak dengan kemasan yang berbeda, menciptakan jebakan manis yang berbahaya.

Baca Juga: Tips Berhenti Merokok dan Vape untuk Menuju Hidup Lebih Sehat

Daya Tarik Vape di Kalangan Remaja

Ilustrasi daya tarik vape pada remaja. (freepik.com)

Beberapa faktor berkontribusi pada meningkatnya penggunaan vape di kalangan remaja. Pertama, korteks prefrontal, bagian otak yang mengatur pengambilan keputusan, belum berkembang sepenuhnya hingga usia pertengahan 20-an, sehingga remaja lebih mudah terpengaruh oleh perilaku impulsif seperti vaping.

Kedua, vape atau vaping sering dianggap sebagai alternatif yang lebih sehat dibandingkan merokok, yang membuat banyak remaja tertipu.

Ketiga, berbagai rasa pada vape dapat menutupi rasa nikotin yang tidak menyenangkan, sehingga pengalaman vaping terasa lebih menyenangkan.

Tekanan dari teman sebaya dan keinginan untuk diterima dalam kelompok sosial juga berperan besar dalam peningkatan penggunaan vape.

Vape yang tidak berbau menyengat dan cepat menghilang memudahkan remaja untuk menyembunyikan kebiasaan ini dari orang tua, guru, dan pihak berwenang lainnya.

Baca Juga: Gaya Konsumtif Vape Menjadi “Bom Waktu Kesehatan” bagi Gen Z

Kaitan antara Vape dan Kesehatan Mental

Ilustrasi wanita yang sedang menggunakan vape dan kaitannya dengan kesehatan mental remaja. (freepik.com)

Penelitian menunjukkan adanya hubungan yang kompleks antara vaping dan kesehatan mental, dengan beberapa aspek yang mengkhawatirkan.

Remaja sering menggunakan vape atau rokok elektrik sebagai cara untuk mengatasi masalah kesehatan mental seperti kecemasan atau depresi.

Kepuasan instan dari nikotin dapat meningkatkan suasana hati dan relaksasi sementara, memperkuat perilaku vaping melalui kondisioning operan.

Seiring waktu, remaja cenderung mengaitkan vaping dengan perasaan positif, meningkatkan kemungkinan penggunaan berkelanjutan meskipun ada dampak negatif, dan menciptakan siklus ketergantungan.

Namun, bantuan jangka pendek dari vaping tidak mengatasi penyebab mendasar dari masalah kesehatan mental mereka. Penggunaan vape yang rutin telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecemasan, depresi, dan stres akibat perubahan neurokimia yang disebabkan oleh nikotin.

Vaping juga berhubungan dengan peningkatan kemungkinan munculnya pemikiran dan percobaan bunuh diri di kalangan remaja.

Paparan nikotin selama periode kritis perkembangan otak juga dapat mengganggu fungsi kognitif, memori, dan perhatian, dengan dampak jangka panjang pada kinerja akademik dan kesejahteraan mental secara keseluruhan. Gejala putus nikotin memperburuk masalah ini, membuat remaja semakin sulit untuk berhenti.

Vaping juga menimbulkan kekhawatiran sebagai potensi awal menuju penggunaan narkoba. Remaja yang memulai dengan vaping lebih mungkin beralih ke merokok tradisional dan penggunaan zat lainnya, yang dapat berdampak serius pada kesehatan jangka panjang mereka.

Mencegah Hisapan Pertama

Ilustrasi vape yang menjadi ancaman baru bagi kesehatan mental remaja. (REUTERS/Sandra Sanders)

Menghentikan penggunaan nikotin, baik dari rokok tradisional maupun e-rokok, adalah tantangan besar. Ketergantungan nikotin sangat kuat, dan tingkat kekambuhan bagi mereka yang mencoba berhenti merokok sangat tinggi.

Diperkirakan 90 persen perokok yang mencoba berhenti akan mengalami kekambuhan pada suatu titik, banyak di antaranya dalam tiga bulan pertama. Bahkan setelah setahun berhenti, tingkat kekambuhan tetap signifikan, berkisar antara 60 persen hingga 90 persen.

Banyak individu yang mencoba berhenti mengalami gejala putus nikotin seperti iritabilitas, kecemasan, kesulitan berkonsentrasi, dan keinginan kuat untuk nikotin, yang dapat menyulitkan mereka untuk tetap berhenti dan sering mengalami kekambuhan.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang beralih dari merokok ke vaping sering kali masih berjuang dengan ketergantungan nikotin. Sebuah studi melaporkan masalah kekambuhan yang serupa di antara mantan perokok yang beralih ke vaping, menunjukkan bahwa ketergantungan nikotin tetap menjadi hambatan signifikan.

Bagi remaja, tantangan ini semakin besar. Otak yang sedang berkembang lebih rentan terhadap ketergantungan, dan faktor sosial serta lingkungan yang mempengaruhi vaping membuat proses berhenti menjadi lebih sulit.

Demikian beberapa penjelasan mengenai empat fakta vape yang menjadi ancaman baru bagi kesehatan mental remaja.

Indonesia telah melihat lonjakan masalah kesehatan mental di kalangan remaja, dengan survei menunjukkan satu dari sepuluh remaja mengalami gangguan kesehatan mental.

Oleh karena itu, penting bagi lembaga kesehatan untuk menerapkan beberapa cara termasuk regulasi yang lebih ketat, edukasi yang lebih baik tentang risiko vaping, dan dukungan kesehatan mental yang lebih baik.

Langkah-langkah ini penting untuk mengurangi dampak buruk vaping dan mencegah remaja dari mencoba hisapan pertama, baik dari rokok atau e-rokok.

Dengan mengatasi penyebab mendasar dan menyediakan dukungan yang kuat dari lembaga-lembaga terkait dan peran dari masyarakat, kita dapat melindungi kesehatan mental dan fisik generasi muda kita dan menjauhkan mereka dari zat berbahaya. 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Channelnewsasia.com

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir
FOLLOW OUR SOCIAL MEDIA