Sabtu, 21 SEPTEMBER 2024 • 18:57 WIB

Wanita Lebih Rentan Terkena Demensia: Apa Alasannya?

Author

Ilustrasi penderita demensia

INDOZONE.ID - Istilah demensia merujuk pada suatu penyakit yang berhubungan dengan penurunan fungsi kognitif seseorang dalam berpikir, daya ingat, serta kemampuan seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. 

Kondisi ini umumnya diidap oleh orang lanjut usia. Dikutip dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), demensia termasuk sindrom karena beberapa penyakit yang menghancurkan sel-sel saraf dan dapat merusak otak. 

Ilustrasi demensia. (Freepik)

Paling umum, demensia sering berkaitan dengan penyakit Alzheimer. Selain itu, beberapa jenis lainnya termasuk demensia vaskular, demensia frontotemporal, lewy body dementia karena adanya endapan abnormal protein di dalam sel saraf di lobus frontal otak bagian depan. 

Demensia juga dapat terjadi kepada seseorang yang juga pernah mengidap penyakit stroke. Lalu, benarkah wanita lebih rentan terkena demensia dibandingkan dengan laki-laki? Simak penjelasannya di bawah ini.

Benarkah Wanita Lebih Rentan Mengalami Demensia?

Dikutip dari Alzheimer’s Association, alasan wanita paling rentan terkena demensia karena memiliki tahun hidup yang lebih lama ketimbang laki-laki. Diketahui, faktor usia lanjut merupakan yang terbesar seseorang menjadi sangat rentan terkena demensia.

Baca Juga: 10 Cara Merawat Penderita Demensia Secara Ampuh

Selain usia, faktor biologis masa menopause yang dialami semua wanita, juga meningkatkan risiko demensia. Hal ini terjadi karena kadar estrogen dalam tubuh perempuan saat masa dan setelah menopause akan menurun. 

Sementara itu, kadar estrogen yang ada pada tubuh laki-laki selalu stabil dalam setiap tahapan usia. Sebagai tambahan, estrogen merupakan hormon yang berfungsi melindungi dinding pembuluh darah dalam tubuh. 

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan yang disampaikan di Alzheimer’s Association International Conference (AAIC), perbedaan dalam koneksi struktural dan fungsional otak wanita, dapat mempercepat penyebaran Protein Tau yang membentuk gumpalan sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel dan kematian sel pada otak. Itu membuat wanita lebih rentan terkena demensia.

Selain usia dan biologis, faktor sosial juga meningkatkan risiko wanita terkena demensia. Hal ini ditunjukkan dari pola kebiasaan, yakni otak perempuan lebih rentan stres ketimbang laki-laki. 

Terlebih untuk wanita yang juga memiliki aktivitas bekerja di luar lingkungan rumah, dapat membuat pikiran menjadi lebih stres. Sebab, ada tanggung jawab yang tidak bisa ditinggalkan.

Baca Juga: Bukan Perawat, Keluarga Paling Ideal Jadi Pengasuh Pasien Demensia

Tanda dan Gejala Demensia

Demensia mempengaruhi orang dengan cara berbeda, tergantung dari penyebab dan kondisi yang mendasarinya. Umumnya, penderita demensia tidak dapat mengenali anggota keluarga atau teman, kesulitan dalam bergerak, kehilangan kendali atas kandung kemih, kesulitan melakukan aktivitas lain, serta terjadinya perubahan perilaku menjadi lebih agresi. 

Ilustrasi penderita demensia. (Freepik)

Berikut tanda dan gejala demensia yang bisa dikenali:

  • Berkurangnya daya ingat
  • Sulit berkonsentrasi
  • Kesulitan menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari
  • Kehilangan jejak waktu
  • Kesulitan memahami gambar visual dan hubungan spasial
  • Kesulitan dalam berkomunikasi (berbicara, membaca, menulis)
  • Mulai kesulitan dalam memecahkan masalah atau mengambil keputusan
  • Mulai mengisolasi diri dari aktivitas fisik (bekerja atau melakukan aktivitas favorit)
  • Perubahan perilaku dan kepribadian yang lebih agresi

Pengobatan dan Perawatan Demensia

Demensia merupakan kondisi yang sulit dihindari dan disembuhkan. Akan tetapi, ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mendukung pengidap demensia, sehingga meredakan gejala dan memperlambat perkembangan penyakitnya, yaitu dengan cara:

Baca Juga: Tanda Mengalami Demensia Gejala Hingga Penyembuhannya

  • Melakukan aktivitas yang berhubungan dengan interaksi sosial untuk menstimulasi otak dan mempertahankan fungsi sehari-hari;
  • Melakukan terapi khusus, misal terapi stimulasi kognitif untuk merangsang daya ingat dan kemampuan dalam berkomunikasi;
  • Hidup dengan pola sehat, menghindari merokok dan minuman yang beralkohol;
  • Mengonsumsi obat-obatan, suplemen, serta vitamin berdasarkan rekomendasi dokter dan rutin melakukan kontrol;
  • Melakukan tindakan operasi apabila belum terjadi kerusakan permanen pada otak. Biasanya demensia yang disebabkan oleh tumor otak, cidera otak, atau hidrosefalus dapat ditangani dengan melakukan operasi;
  • Dukungan keluarga. Anggota keluarga sangat disarankan untuk melakukan komunikasi secara aktif, baik, dan mudah dipahami dengan pengidap demensia. Dukungan keluarga juga bisa dilakukan melalui aktivitas bersama yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif.

Memberikan perawatan dan dukungan kepada pengidap demensia, mungkin akan menjadi tantangan karena perlu pemantauan intensif. 

Oleh karena itu, selain dukungan dari anggota keluarga, pemahaman terhadap penanganan lebih lanjut berdasarkan saran profesional juga dibutuhkan.


Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: WHO, Alzheimer’s Association, Caregiver ID