INDOZONE.ID - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) nampaknya saat ini fokus memerangi resistensi antimikroba. Untuk itu, penggunaan antimikroba dinilai penting.
Hal tersebut diungkapkan langsung oleh Kepala BPOM Taruna Ikrar saat kegiatan Semarak AksiNyata Pengendalian Resistensi Antimikroba yang dilaksanakan di Auditorium Gedung Merah Putih BPOM.
Dalam sambutanya, Taruna menyebut resistensi antimikroba merupakan hal yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat global dan pembangunan.
Baca Juga: Manjurnya Terapi Stem Cell Diakui BPOM, Industri Farmasi Sediakan Fasilitas
"Data WHO menunjukan bahwa resistensi antimikroba secara langsung bertanggung jawab atas 1,27 juta kematian diseluruh dunia pada tahun 2019 dan berkontribusi terhadap 4,95 juta kematian," kata Taruna dalam keterangan tertulisnya kepada wartawan, Sabtu (30/11/2024).
Taruna kemudian membeberkan sebab munculnya resistensi antimikroba yang dikatakannya bermula dari penggunaan antimikroba berlebihan.
Untuk itu, sangat penting penggunaan antimikroba secara tepat agar terhindar dari resistensi antimikroba.
Baca Juga: BPOM Izinkan Obat Anemia untuk Percepat Penyembuhan Penyakit Ginjal Kronis
"Imbas dari adanya AMR (antimicrobial resistance) menyebabkan infeksi biasa seperti pneumonia, tuberkulosis atau infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh bakteri resisten dapat menjadi sangat sulit atau bahkan tidak bisa diobati," katanya.
"Dampaknya juga terhadap sektor ekonomi. Infeksi yang lebih lama dan lebih sulit diobati meningkatkan biaya perawatan kesehatan termasuk biaya rumah sakit, perawatan intensif dan obatan. Selain itu juga berdampak pada penurunan produktivitas kerja akibat meningkatnya angka kecacatan dan kematian akibat AMR," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan