INDOZONE.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut, setidaknya diperlukan dana sebesar US$10 miliar (Rp163 triliun) untuk membangun kembali sistem kesehatan Gaza yang hancur dalam waktu lima hingga tujuh tahun mendatang.
"Kebutuhannya sangat besar," ujar Rik Peeperkorn, perwakilan badan kesehatan PBB di wilayah Palestina, kepada para wartawan pada Kamis (17/1/2025).
Dengan gencatan senjata yang akan dimulai pada 19 Januari 2025 mendatang, para pekerja kemanusiaan menyerukan peningkatan bantuan secara besar-besaran ke Gaza yang porak-poranda akibat perang.
Baca Juga: WHO Berencana Lakukan Evakuasi Medis Skala Besar ke Gaza Minggu Ini
Upaya ini dilakukan untuk menilai sejauh mana kebutuhan yang sangat mendesak di wilayah tersebut.
Menurut Peeperkorn, estimasi awal timnya menunjukkan bahwa biaya untuk membangun kembali sektor kesehatan saja mencapai lebih dari US$3 miliar (Rp49 triliun) dalam 1,5 tahun pertama, dan totalnya akan mencapai US$10 miliar dalam lima hingga tujuh tahun.
"Di Gaza, kita semua tahu bahwa kehancurannya sangat luar biasa. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sepanjang hidup saya," kata Peeperkorn.
Sementara itu, kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyebutkan bahwa kurang dari setengah rumah sakit di Gaza yang berfungsi dengan baik.
Ia menyambut baik pengumuman dari para mediator pada hari Rabu (15/1/2025) bahwa Israel dan Hamas akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata, yang ia sebut sebagai berita terbaik sejauh ini.
Tedros berharap bahwa kesepakatan ini menandai berakhirnya babak tergelap dalam sejarah hubungan antara Israel dan Palestina.
Namun, ia juga menyampaikan kesedihannya bahwa kesepakatan ini datang terlambat bagi mereka yang telah menjadi korban konflik.
"Kami menyambut kabar ini dengan kelegaan yang besar, tetapi juga dengan kesedihan karena banyak nyawa yang telah hilang akibat konflik," ujar Tedros.
Baca Juga: WHO: Tahap Akhir Vaksinasi Polio di Gaza Utara Ditunda Karena Serangan Bom Israel
Ia juga memperingatkan agar berhati-hati, mengingat sebelumnya sudah ada kesepakatan yang berakhir tanpa hasil.
Meskipun para mediator mengatakan bahwa kesepakatan ini akan berlaku mulai hari Minggu (19/1/2025), Tedros mendesak kedua belah pihak untuk tidak menunda.
"Jika kedua belah pihak berkomitmen untuk gencatan senjata, maka itu seharusnya dimulai segera. Obat terbaik adalah perdamaian," tegasnya.
Peeperkorn menyatakan bahwa WHO siap untuk memperluas dukungannya secara cepat di wilayah tersebut. Namun, ia menekankan bahwa hambatan keamanan dan politik yang signifikan dalam pengiriman bantuan ke Gaza harus segera diatasi.
"Kami membutuhkan akses yang cepat, tanpa hambatan, dan aman untuk mempercepat aliran bantuan ke seluruh Gaza," pungkasnya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Channelnewsasia.com