Anak-anak Palestina mengalami shell shock akibat genosida yang dilakukan Israel.
INDOZONE.ID - Setiap umat muslim sudah menunggu datangnya Ramadan setiap tahun. Namun, hal ini terasa berbeda di Gaza. Puasa terasa sangat berat.
Bagi Janan Arafa, seorang warga keturunan Palestina yang tinggal di Ottawa, menjelaskan mengenai rasa putus ada yang dialaminya ketika perang di Gaza berkecamuk dan banyak keluarga yang merasa kelaparan.
“Biasanya malam sebelumnya akan ada perasaan gembira, tapi kali ini lain sekali,” ucap Janan.
Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Selama Ramadan
Diketahui, Kanada telah melakukan pendanaan untuk badan bantuan PBB untuuk Palestina, dan AS juga akan membangun dermaga sementara waktu untuk memungkinkan bantuan masuk ke Gaza menggunakan kapal.
Terasa menyedihkan, pekan lalu terdapat 15 anak meninggal karena kelaparan dan kekurangan gizi di rumah sakit. Berdasarkan pengamatan Kementerian Kesehatan Gaza, telah terjadi kehabisan makanan untuk 2,3 juta penduduk disana.
“Sulit rasanya untuk merasakan kebahagiaan apapun pada saat ini dan rasanya berbeda. Saya rasa tidak ada orang yang akan merayakan Ramadhan dalam keadaan genting saat ini,” jelasnya.
"Saya pikir orang hanya akan mencoba mengubah keyakinan mereka di dunia nyata dan ditinggali saat ini,” sambungnya.
Beda lain dengan Ghadban, berpatisipasi puasa selama 30 hari merupakan pengingat yang mengerikan dan mencekam akan krisis kemanusiaan di Ghaza, yang memburuknya karena terbatasnya bantuan selama berminggu – minggu di wilayah tersebut.
“Ada penderitaan mental di mana kamu bisa berempati dengan tidak adanya makanan di perut, serta memahami bahwa kamu pada akhirnya akan berbuka puasa dan sahur,” kata Ghadban.
Menurut Imam Farhan Iqbal selaku pimpinan Masjid Baitun Naseer, menjelaskan Ramadhan adalah waktu utuk bersedekah khususnya pada tahun ini. Beberapa jemaahnya merupakan orang Palestina atau mempunyai keluarga di Gaza.
“Mereka sekarang terjebak dalam perang dalam situasi di mana mereka menderita. Kami memulai puasa dengan sarapan berlimpah dan mengakhiri puasa dengan makanan enak dan beberapa orang dibelahan dunia tidak hanya di Gaza, ada belahan dunia lain yang tidak memiliki kemewahan tersebut,” ucap Imam dikutip dari CBC.
Dia mendorong orang yang mengalami kesulitan untuk mencari bantuan dan menghubungi keluarga dan teman untuk mendapatkan dukungan moral. Namun, dan banyak juga yang merasa nyaman dalam upaya amal.
“Itu tertanam dalam keyakinan kamu untuk membantu dan berbagi harta, serta ada untuk sesama. Energi kami berbeda tahun ini dan berharap orang lain menyadari dan memiliki kesempatan untuk merenungkan apa arti bulan berikutnya,” jelasnya.
Baca Juga: WHO Kesulitan Kirim Bantuan Kesehatan ke Gaza, Sudah 6 Kali Percobaan selalu Gagal
“Amal tidak selalu harus berbentuk finansial, bahwa amal bisa terlihat seperti hubungan dalam komunitas menumbuhkan empati dan kasih sayang,” kata Ghadban.
Writer: Victor Median
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone.Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Cbc.ca