Novita juga mengamati perubahan besar dalam pandangan masyarakat terhadap batik.
"Aku lihat waktu 15 tahun yang lalu sama yang sekarang jauh banget, artinya sekarang batik/wastra Nusantara itu sudah menjadi lifestyle, dulu belum sama sekali, dulu itu orang memakai batik itu hanya ke undangan, kalau sekarang nggak, sekarang pengen bergaya memakai batik, tetapi lebih ke trend kekinian, atau lebih hits dan up to date," ujarnya.
Siapa sangka, Novita yang bermula mempunyai mimpi kerja di Bank, tetapi akhirnya dia berkarier melalui karyanya yang ia tekuni yakni menjadi desainer terkenal dengan nuansa batik yang dia buat.
Selain itu, Novita rupanya seorang single parents yang harus mengurusi anak-anaknya dan berkeinginan untuk mencari pekerjaan yang bisa dikerjakan dari rumah.
"Singkatnya, aku dulu itu bukan desainer, aku dulu kerja di Bank, karena itu adalah pekerjaan impianku, nah, kenapa tiba-tiba aku bikin tas batik? karena aku jadi single parents dan aku pengen bisa kerja dari rumah, itu kenapanya," katanya.
Kemudian, dia diperkenalkan dengan baju-baju bernuansa batik oleh ibunya saat ia masih kecil, dan Novita memiliki keinginan untuk membuat tas dari batik, hal ini yang membawa dia sampai dititik ini.
"Terus kenapa batik? karena waktu aku kecil, sama mama aku itu selalu dikasih baju-baju batik, dengan culture Yogyakarta, meski aku buka orang Yogyakarta ya, jadi aku seneng banget tas, dan pada saat itu aku pengen banget bikin tas yang dari batik, tapi nggak ada, yang ada hanya tas Malioboro, aku pengen serius gitu kan dipakainya, jadi itulah aku bikin tas pertama dan itu langsung boom, itu mungkin awal-awalnya," sambungnya.
Baca Juga: Perancang Novita Yunus Populerkan Batik Pacitan
Meski awal karyanya langsung mendapat sambutan hangat, jalan yang ia tempuh tidak selalu mudah. Tantangan seperti produk yang ditiru hingga mempertahankan prinsip nasionalisme sempat mewarnai perjalanannya.
"Masa jeleknya ya banyak, seperti yang meniru itu yang aku bilang, ada juga yang menitipkan anaknya untuk belajar bisnis, terus pernah juga amat sangat nasionalis sehingga pada saat ke luar negeri aku dapet pesanan 1000 tas, tapi batiknya batik Malaysia, tetapi aku nggak mau bikin, tapi kemudian Alhamdulillah diganti," ujar Novita.
Untuk memenuhi pesanan besar itu, Novita melakukan survei ke berbagai kota guna mencari mitra kerja. Dalam dua minggu, ia berhasil menemukan tim yang siap membantunya menyelesaikan proyek besar tersebut.
Setelah dua minggu kemudian, dia datang untuk mengambil pesanan itu dengan gandeng mitra-mitra yang akan membantu Novita dalam project 1000 satu malam itu.
Melalui buku ini, Novita berharap dapat terus memberikan motivasi kepada banyak pihak, mulai dari desainer muda hingga generasi muda Indonesia, untuk lebih mencintai dan mengembangkan kekayaan budaya Nusantara.
Penulis: Nadya Mayangsari
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung