Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Perempuan Berkebaya Lintas Generasi. (Indozone)
INDOZONE.ID - Kebaya menjadi busana Nasional wanita yang digunakan perempuan lintas generasi. Begitu juga para desainer serta ilustrator muda yang mendesain kebaya cantik untuk dikenakan.
Sebuah fashion show kolaboratif lahir dari Desainer Kebaya Jeng Sri Liesna Subianto dan ilustrator muda dari 3 Saudari yang masih berusia 18 tahun, yakni Nadira Parsa Manthovani (Nara).
Pagelaran fashion show ini juga digagas oleh sejumlah tokoh perempuan inspiratif. Seperti Maya Miranda Ambarsari (Womenpreneur, Sociopreneur, dan pemilik Rumah Belajar Miranda), Yanti Subianto (Pemilik Warung Turki), perkumpulan Srikandi Mixed Marriages bersama Chairwoman Srikandi Ani Natalia.
Termasuk perempuan muda inspiratif dari 3 Saudari yang berperan aktif mewakili semangat Kartini Masa Kini yakni Cahaya Manthovani seorang sociopreneur muda dan Karina Alya Manthovani yang aktif dalam dunia modeling.
Para perempuan inspiratif ini berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari komunitas perkawinan campur Srikandi, sociopreneur muda, desainer, pelajar, hingga pelaku usaha kreatif.
Nara menampilkan tujuh karakter perempuan dari budaya Betawi, Jawa, Bali, Sumatera Barat, Dayak, Tionghoa, dan Papua dalam bentuk ilustrasi patchwork, yang kemudian diaplikasikan Liesna ke dalam desain kebaya modern.
"Ilustrasi saya terinspirasi dari keragaman budaya Indonesia. Aku ingin generasi muda lebih bangga dengan budaya sendiri, bukan hanya terpesona budaya luar," tutur Nara, dalam acara Perempuan Berkarya: Lintas Generasi dan Budaya di Warung Turki Jakarta.
Baca Juga: Detail Kebaya Lamaran Harris Vriza dan Haviza Devi Anjani, Bernuansa Pink dengan Bordiran Kucing
Dalam membuat desain ini, Nara menghabiskan 3–5 jam untuk setiap ilustrasi. Namun semua tergantung tingkat detailnya dari masing-masing looks.
Setiap koleksi menggunakan bahan katun, lukisan tangan akrilik bertema bunga, serta perpaduan kain tradisional seperti Batik Cirebon, Jawa, Jambi, hingga Bali, menciptakan interpretasi segar terhadap kebaya klasik: modern, dinamis, dan berjiwa muda. Hasilnya adalah interpretasi segar kebaya klasik yang modern, dinamis, dan berjiwa muda.
Sang Desainer, Liesna Subianto menjelaskan, ada tujuh looks kebaya yang ditampilkan dengan mengusung model kutubaru dan kartinian, dua gaya klasik yang dipadukan dengan warna-warna cerah dan corak ilustrasi berani.
Kolaborasi ini bertujuan untuk mendekatkan generasi muda dengan kekayaan budaya Nusantara.
“Saya ingin generasi muda merasa bahwa budaya tradisional bisa dihidupkan kembali dengan gaya yang lebih ringan, lebih bebas, tapi tetap bermakna," ujar Liesna, yang juga dosen desain di ESMOD Jakarta.
Ke-7 koleksi ini diperagakan oleh perempuan inspiratif dari berbagai profesi termasuk Karina Alya Manthovani yang menjadi muse dalam fashion show ini.
"Fashion show ini menjadi bentuk nyata dari 'growth': perempuan Indonesia kinilebih bebas berekspresi, lebih terbuka, dan berani menunjukkan kreativitasnya," ungkap Karina.
Perempuan Berkebaya Lintas Generasi. (Indozone)
Perempuan lintas generasi dapat berkolaborasi bersama menciptakan satu hal positif. Walaupun beda usia, mereka tetap kompak dan saling bertukar ide.
Maya Miranda Ambarsari menekankan pentingnya solidaritas dan kolaborasi dalam komunitas perempuan lintas generasi dan budaya.
Termasuk bagi para generasi muda yang dapat mengekspresikan diri dan keunggulan mereka di bidangnya masing-masing dengan cara yang autentik.
"Saya percaya ketika perempuan dari berbagai generasi dan latarbelakang bersatu, akan lahir inovasi, kreativitas, dan dampaksosial yang luar biasa. Melalui karya-karya ini, kita membawasemangat Kartini untuk terus relevan di masa kini," ungkap Maya.
Maya Miranda dan 3 Saudari. (Indozone)
Sementara itu, Ketua Perkumpulan Srikandi Mixed Marriages Ani Natalia juga menilai, pentingnya sinergi lintas generasi untuk membangun masyarakat inklusif sebagai refleksi semangat perempuan masa kini.
“Ini bukan sekadar perayaan Hari Kartini, tapi perwujudan semangat Kartini masa kini, perempuan yang berkarya, berkolaborasi, dan berbagi," tutur Ani, di kesempatan sama.
Cahaya Manthovani yang juga Ketua Harian Yayasan Inklusi Pelita Bangsa mengaku senang bisa selalu bekerja sama dengan generasi perempuan yang berbeda.
Menurutnya, kolaborasi ini dapat melahirkan kreativitas yang kekuatan untuk peduli dan berkontribusi.
"Kartini-kartini muda, ayo kita lebih berani lagi untuk menunjukkan kreativitas kita. Kita juga harus bangga denganbudaya kita sendiri, punya pride tersendiri, sehingga otomatis budaya kita juga ikut terpromosikan. Terus berkarya, terus upgrade diri sendiri," tutur Cahaya.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk, bikin cerita dan konten serumu, serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Liputan Langsung