Ilustrasi bunuh diri. (Freepik)
INDOZONE.ID - Bunuh diri di kalangan mahasiswa merupakan suatu fenomena yang mengejutkan dan sekaligus memilukan. Saat kita memasuki dunia perkuliahan, kita sering kali terpesona akan visi masa depan yang cerah, peluang pendidikan, dan pertemuan dengan teman-teman baru.
Namun, di tengah kegembiraan itu, ada realitas yang kurang terang yakni fenomena bunuh diri yang menyelimuti beberapa sudut kehidupan mahasiswa.
Fenomena ini menggambarkan kepedihan yang tersembunyi di balik senyuman dan pencapaian akademis.
Baca Juga: Waduh! Kasus Bunuh Diri di Indonesia Didominasi Kaum Laki-laki, Penyebabnya Kurang Perawatan Jiwa
Berdasarkan fakta ini, Indonesia berada dalam darurat kesehatan mental. Ketika dihadapkan pada permasalahan hidup yang rumit, manusia memilih jalan pintas yaitu bunuh diri.
Bunuh diri seolah-olah wujud dari rasa putus asa dalam menyelesaikan permasalahan atau mencari jalan keluar dari permasalahan yang ada.
Meningkatnya angka bunuh diri menunjukkan bahwa hidup tidak lagi bermakna.
Ada berbagai macam faktor seseorang ingin bunuh diri diantaranya adalah:
Baca Juga: Mengenal Istilah ‘Smiling Depression’, Benarkah Bikin Risiko Bunuh Diri Semakin Tinggi?
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghimbau seluruh kampus di Indonesia untuk menyediakan lingkungan yang sehat, aman, dan nyaman.
Menyikapi meningkatnya kasus bunuh diri mahasiswa, hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat belajar secara optimal dengan sehat fisik, mental, psikologis, sosial, dan ekonomi.
Pentingnya peran institusi pendidikan dalam menjaga kesehatan mental mahasiswa tidak bisa diabaikan. Dengan dukungan yang tepat, para mahasiswa diharapkan dapat menemukan harapan dan makna dalam hidup mereka, serta menjalani masa perkuliahan dengan lebih positif dan produktif.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: HelloSehat, KPIN