Ilustrasi berhubungan seksual. (Photo/Ilustrasi/Freepik)
INDOZONE.ID - Edukasi Seksual di Indonesia tergolong rendah, karena beberapa faktor, seperti pandangan sosial bahwa edukasi seksual dianggap tabu bagi masyarakat Indonesia.
Alhasil, remaja Indonesia tidak mendapatkan informasi memadai, tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual.
Ilsutrasi Berhubungan Seksual. (Photo/Ilustrasi/Freepik)
Kurangnya edukasi seksual dapat meningkatkan risiko kehamilan remaja dan penyebaran penyakit menular. Miris banget bukan?
Oleh sebab itu, edukasi seksual harus dibahas supaya para remaja bisa lebih memahami segala sesuatu berkaitan dengan orang reproduksi masing-masing.
Edukasi seksual adalah pengetahuan dan informasi tentang aspek seksualitas manusia, baik perempuan maupun laki-laki.
Edukasi seksual meliputi fisik, emosional, sosial, dan nilai budaya. Tujuan utama edukasi seksual adalah memahami tubuh dan menjaga kesehatan seksual.
Baca Juga: Maudy Ayunda Bagikan 3 Kunci untuk Tingkatkan Kesadaran Edukasi Seksual di Indonesia
Hasil dari edukasi seksual, kamu diharapkan bisa membuat keputusan bertanggung jawab dan aman terkait hubungan seksual.
Mengetahui organ reproduksi, siklus menstruasi, perubahan fisik, kebijaksanaan dalam hubungan seksual, hak-hak tubuh, cara melindungi diri, mengenali sampai mencegah kekerasan seksual, sangat dibutuhkan para remaja Indonesia.
Mengetahui dan memahami PMS (penyakit menular seksual) dengan menggunakan kondom atau pemahaman gejala penularan, bisa mengurangi risiko tertular penyakit ini.
Mengajarkan cara kontrasepsi dengan meminum pil KB dan menghitung siklus menstruasi, untuk menghindari kehamilan tidak diinginkan, yang berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
Memberikan pengetahuan pentingnya menghargai batasan diri sendiri, bisa mengurangi potensi kekerasan seksual. Selain itu, kamu pun bisa merawat diri sendiri dengan lebih baik.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: WHO, UNICEF