10 Puisi Terindah untuk Mantan Kekasih yang Masih Dicintai

Ilustrasi bertemu dengan mantan

INDOZONE.ID - Rasa kesal setelah putus cinta dengan mantan, dapat dituangkan ke dalam kata-kata dalam bentuk puisi.

Puisi untuk sang mantan terindah yang masih dicintai, gunakanlah kata-kata romantis.

Buat mantan kekasih yang selingkuh dan menyakiti hati, cukup berikan puisi dengan makna mendalam.

Nah, Indozone sudah merangkum kumpulan puisi terindah untuk mantan tentang kekasih yang menyakiti namun masih dicintai.

Puisi Pendek untuk Mantan

Ilustrasi bertemu dengan mantan

Puisi untuk mantan paling cocok untuk diberikan kepada mantan yang masih dicintai karena memberikan kenangan yang tak tergantikan.

1. Tanpamu

Aku merangkak bagai bayi
Dalam hapus bayangmu
Kadang aku berusaha kadang terhenti
Kadang ditemani tangis rindu

Tahukah itu begitu perih
Tapi semua dapat ku tatih
Bangkit menata cerita baru
Tanpamu yang mudah berlalu

2. Kau yang Kembali

Kau kembali mencari setelah hari-hari baik kudapati
Dan kuputar kembali gagang pintu untukmu
Apa yang kau bawa itu? Matahari atau awan mendung?
Kulihat bibirmu sedikit melengkung
Matamu penjara dan aku terkurung

Aku tak mengerti bagaimana lidah kembali menjilat
Kata-kata yang telah jadi muntah
Adakah salah? Apakah perasaan adalah sesuatu
yang harus dilawan atau aku harus pasrah?
Apakah aku harus menggali lubang kubur untukku lagi?
Pada suatu hari nanti

3. Penantian Semu

Kuatnya hasratku untuk bercerita
Tak kuasa aku yakin kan semua
Ketika hati bertanya
Kemana janji yang kau ucap itu
Dahulu
Kau buat kuterbang dalam angan
Kau telah meluluhkan hatiku
Aku menolak banyak hati untukmu
Mereka datang dengan perjuangan
Mereka datang dengan pengorbanan
Jangan jadikan waktu ini sia-sia
Menjalani hubungan tanpa hasil
Walau begitu aku selalu menunggumu
Aku mengharapkanmu
Sadarlah sayangku

4. Kehilangan Kata

Malam kehilangan kata begitu sunyi
Dan engkau masih menyapaku sebelum terlelap
Kau bilang, "beri aku kecupan sebelum larut"
Meski hati ini merasa tak pantas singgah padamu

Siang berkabut, senja yang hujan ia bicara sedang sakit
Siang tadi aku bersandar rebah di sampingnya
Menggenggam hangat kedua lengan pundaknya
Aku lelakimu pantas kau benci, ia buah hati kita sayangi
Engkau perempuanku hanya pantas kucintai