Puisi cinta Aan Mansyur digemari banyak pembaca karena sajaknya yang menyentuh hati. Ada yang romantis dan ada juga yang galau.
Tidak ada New York hari ini
Tidak ada New York kemarin
Aku sendiri dan tidak berada di sini
Semua orang adalah orang lain
Bahasa ibu adalah kamar tidurku
Kupeluk tubuh sendiri
Dan cinta—kau tak ingin aku
mematikan mata lampu
Jendela terbuka
dan masa lampau memasukiku sebagai angin
Meriang. Meriang. Aku meriang.
Kau yang panas di kening
Kau yang dingin di kenang
Hari ini tidak pernah ada
Kemarin tidak nyata
Aku sendiri dan tidak menulis puisi ini
Semua kata tubuh mati semata
Puisi adalah museum yang lengang
Masa remaja dan negeri jauh
Jatuh dan patah
Foto-foto hitam putih
Aroma kemeja ayah dan senyum perempuan yang tidak membiarkanku merindukan senyum lain
Tidak ada pengunjung
Tidak ada pengunjung
Di balik jendela langit sedang mendung
Tidak ada puisi hari ini
Tidak ada puisi kemarin
Aku menghapus seluruh kata sebelum sempat menuliskannya
Aku ingin tidur seharian di sepatumu
Saat kau pergi ke kantor menggunakan sepatu lain
Menunggumu di rumah tanpa mengeluh
Aku ingin jadi warna kesukaanmu melingkari lehermu
Berpura-pura sebagai selendang
Karena seorang pria lain tidak putus menginginkan dadamu
Aku ingin mendengkur bagai ular sawah atau angin di sudut kamar
di tumpukan pakaian kotormu
Mereka hangat, dekat, mendekap, dan masih beraroma kita
Tidak ada yang bisa diajak berbincang
Dari jendela kau lihat bintang-bintang sudah lama tanggal
Lampu-lampu kota bagai kalimat selamat tinggal
Kau rasakan seseorang di kejauhan menggeliat dalam dirimu
Kau berdoa: semoga kesedihan memperlakukan matanya dengan baik
Kadang-kadang, kau pikir
Lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang
Jika ada seorang telanjur menyentuh inti jantungmu
Mereka yang datang kemudian hanya akan menemukan kemungkinan-kemungkinan
Dirimu tidak pernah utuh
Sementara kesunyian adalah buah yang menolak dikupas
Jika kaucoba melepas kulitnya
Hanya akan kau temukan kesunyian yang lebih besar
Pukul 4 pagi. Kau butuh kopi segelas lagi.
Akhirnya kau pergi dan aku akan menemukanmu di mana-mana
Di udara dingin yang menyusup di bawah pintu
atau di baris-baris puisi lama yang diterjemahkan dari bahasa-bahasa jauh
Di sepasang mata gelandangan yang menyerupai jendela rumah berbulan-bulan tidak dibersihkan
atau di balon warna-warni yang melepaskan diri dari tangan seorang bocah
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: