Kerusakan Alam (freepik.com @freepik)
Kalau tadi sudah dibahas puisi tentang keindahan alam, sekarang saatnya bahas kebalikannya. Nah, ini dia contoh dan inspirasi puisi tentang kerusakan alam.
Dahulu di sini terbentang sebuah permadani hijau nan luas.
Cantik, penuh rumput, pohon, dan bunga-bunga liar.
Tentram, dengan nyanyian burung nuri dan jalak.
Hangat, dengan semburat sang mentari pagi.
Namun, permadani itu kini telah digulung.
Tergantikan hamparan abu-abu nan luas.
Akibat keserakahan tangan manusia.
Yang tak pernah merasa cukup merepotkan sang alam.
Dia hanya seorang insan nan sudah lapuk.
Lapuk, layu, dan dianggap hilang akal.
Hanya karena ia berpaling dari tingginya gedung.
Kembali pada rendahnya tanah.
Dengan kaki-kakinya yang mulai lunglai.
Dengan tangannya yang gemetar akibat gerusan zaman.
Sekop diambilnya menanam sebuah anak alam.
Dengan harapan mengembalikan surganya yang tlah dimakan zaman.
Tidakkah tuan bertanya mengapa tanah mulai guncang?
Tidakkah tuan bertanya mengapa tuan mulai membenci air?
Padahal ia lah sumber kehidupan nan utama.
Bukan musuh, namun teman lama tuan.
Pernahkah tuan berpikir mungkin ini kesilapan tuan semata?
Yang tak pernah merasa cukup akan lembaran nominal tak berarti?
Nan mulai serakah, menyerang sang alam?
Mungkinkah ini hanya jawaban dari alam yang merindukan kelembutan manusia?
Sayang, sungguh bumi ku sayang.
Malang, sungguh bumi ku malang nian.
Maaf, maafkan daku yang mulai tak mampu berhenti.
Menuangkan berbagai masalah, mengotori seluruh tubuh mu.
Meski sudah terlambat mengucap maaf.
Meski sudah terlambat menebus semua dosa ku pada mu.
Tolong, biarkan daku mulai menyembuhkan mu, cinta ku.
Memperbaiki semua kerusakan yang sudah ku perbuat pada mu sejak zaman azali.
Bukankah kita selama ini terlalu sok sibuk?
Sibuk memperkaya diri, menumpuk pundi rupiah yang tak pernah cukup.
Bukankah selama ini kita sudah terlalu lalai?
Lalai dalam melihat dunia yang semakin keras.
Mungkin, ini memang sudah ganjaran yang paling tepat.
Akan semua keegoisan dan keangkuhan makhluk Tuhan ini.
Selagi belum terlambat, selagi belum usai.
Mari ucap maaf dari hati yang tulus sambil sembuhkan luka sang alam.
Yang terhormat, ibu bumi yang baik hati.
Terimalah permohonan maaf dari kami.
Dari kami yang sudah menyusahkan mu selama ini.
Dari kami yang tak henti-hentinya melukai seluruh tubuh mu.
Kepada ibu bumi yang baik hatinya.
Mohon terimalah janji ku.
Janji untuk mulai merubah diri ku sendiri.
Demi diri mu yang mencintai diri ku sepenuh hati.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Berbagai Sumber