Ilustrasi Pria dan Wanita dengan Hubungan Tanpa Status (Sumber: Freepik)
INDOZONE.ID - Akhir-akhir ini banyak istilah dalam hubungan percintaan yang sering muncul di media sosial. Istilah seperti friendzone, second choice, hingga love bombing, banyak dipakai terutama oleh kalangan Gen Z.
Kalau sudah bahas tentang istilah-istilah percintaan yang sedang ramai, rasanya tidak lengkap kalau tidak membahas tentang HTS. Yup, HTS atau hubungan tanpa status, sering dialami oleh banyak orang.
Orang yang terjebak dalam HTS seringkali bingung harus melabeli apa pada status hubungannya. Dibilang teman, namun perlakuannya lebih dari sekadar teman. Mau dibilang pacar, tapi tidak pacaran.
Sekilas, mungkin HTS dan friendzone hampir sama. Kalau friendzone lebih mengarah pada hubungan pertemanan yang dibumbui sedikit percintaan, sedangkan HTS lebih ke hubungan percintaan namun tanpa status pacaran.
Nah loh, daripada galau, mending lakukan 4 cara di bawah ini biar kamu tidak terjebak HTS!
Kalau kamu tipe orang yang lebih suka pacaran dengan berawal dari teman, maka menetapkan tujuan awal adalah salah satu hal yang penting.
Bahkan, ketika tadinya kalian berdua adalah orang asing, langkah paling aman adalah berteman terlebih dahulu.
Baca Juga: Mantan Pemain Poker Internasional Ingatkan Pacaran Haram, Jleb Banget!
Saat berteman, kamu akan mengetahui bagaimana sifatnya, caranya mengendalikan emosi, serta caranya menyelesaikan masalah.
Dari situ, kamu bisa tahu dia ini cocok atau tidak denganmu. Selanjutnya, kalau sudah tahu cocok atau tidaknya, kamu perlu menentukan tujuan akhir ingin tetap berteman atau lebih dari teman.
Tapi, jangan sampai salah langkah biar hubunganmu tidak terjebak friendzone ya!
Ilustrasi Minta Maaf Ke Pacar (Freepik @azerbaijan_stockers)
Orang yang terjebak HTS awalnya adalah orang yang tidak bisa memberi batasan antara teman atau pacar. Jadi, kamu perlu membuat batasan yang jelas dalam hubungan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Psychologi Today, Amatan