Kontrol berlebihan ini dapat membuat anak merasa tidak berdaya dan kehilangan identitas diri. Anak yang terus-menerus diatur tidak akan belajar untuk membuat keputusan sendiri, yang penting untuk perkembangan kemandirian.
2. Kritik Berlebihan
Orang tua yang toxic sering kali memberikan kritik yang tidak konstruktif. Mereka mungkin mengomentari penampilan, kemampuan, atau bahkan pilihan hidup anak dengan cara yang menyakitkan.
Kritik yang berlebihan dapat merusak rasa percaya diri anak dan membuat mereka merasa tidak pernah cukup baik. Sebaliknya, pujian yang tulus dan dukungan dapat membantu anak merasa dihargai dan termotivasi.
3. Manipulasi Emosional
Manipulasi emosional adalah taktik yang sering digunakan oleh orang tua toxic untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari anak. Mereka mungkin menggunakan rasa bersalah atau ancaman untuk memaksa anak melakukan sesuatu.
Taktik ini dapat menciptakan rasa ketidaknyamanan dan kebingungan pada anak, yang akhirnya dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak.
Baca Juga: 4 Cara Pikat Cowok Sekantor: Trik untuk si Jomblo, Bukan buat Selingkuh!
4. Kurangnya Empati
Orang tua yang toxic sering kali tidak menunjukkan empati terhadap perasaan dan kebutuhan anak. Mereka mungkin mengabaikan masalah yang dihadapi anak atau bahkan meremehkan perasaan mereka.
Ketidakmampuan untuk memahami dan merespons emosi anak dapat membuat anak merasa sendirian dan tidak dipahami, yang dapat berdampak pada kesehatan mental mereka.
5. Perbandingan yang Tidak Sehat
Sering kali, orang tua toxic membandingkan anak mereka dengan saudara kandung atau teman sebayanya. Perbandingan ini dapat menciptakan rasa cemburu dan persaingan yang tidak sehat.
Anak yang merasa selalu dibandingkan dengan orang lain mungkin mengalami tekanan untuk memenuhi ekspektasi yang tidak realistis, yang dapat menyebabkan stres dan kecemasan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Theasianparent