INDOZONE.ID - Suasana kampung di lereng Merapi, Boyolali, Senin (6/4/2025) pagi itu penuh warna.
Warga Dusun Mlambong, Desa Sruni, Kecamatan Musuk, berkumpul sejak pukul 07.00 WIB untuk mengikuti tradisi tahunan yang unik, yakni Bakdan Sapi—ritual arak-arakan ratusan sapi yang digelar seminggu setelah Lebaran, bertepatan dengan momen Lebaran Ketupat.
Sebelum arak-arakan dimulai, warga menggelar kenduri bersama. Jalanan kampung jadi lokasi makan bareng, lengkap dengan tumpeng, ayam ingkung, ketupat, sambal goreng, dan jajanan pasar.
Baca Juga: Cuma Cincin Nyelip di Kasur, Damkar Depok Sampai Turun Tangan, Netizen: Bukan Kobra!
Semua menu itu didoakan terlebih dahulu, sebagai bentuk syukur dan harapan agar rejeki terus mengalir.
Menurut Jaman (64), tokoh masyarakat setempat, bakdan sapi bukan sekadar ritual, tapi juga bagian dari warisan leluhur yang masih dilestarikan hingga sekarang.
Gulungan Bakdan sapi di Boyolali
Baca Juga: Pengusaha Tulungagung Ini Bagikan Miliaran Zakat Mal untuk Warga Tak Mampu sampai ke Palestina
“Kegiatan ini adalah tradisi tahunan arak-arakan sapi atau warga sini menyebutnya bakdan sapi. Sapi diarak sejauh sekitar 300 meter keliling kampung. Ada prosesi penyiraman bunga mawar pada salah satu sapi dan pemberian minyak wangi lalu sapi diarak,” jelasnya.
Uniknya, sebelum para sapi berkeliling kampung, di barisan terdepan ada gunungan hasil bumi.
Isinya macam-macam. Ada wortel, tomat, kacang panjang, kubis, terong, sampai ketupat. Gunungan ini jadi simbol panen dan rasa syukur.
Sekitar 300 ekor sapi ambil bagian dalam kirab ini. Kata warga, sapi-sapi ini sengaja “dipertemukan” agar timbul birahi, cepat bunting, dan menghasilkan keturunan—bagian dari harapan akan keberlangsungan rejeki dari ternak.
Tepat pukul 08.00 WIB, Bupati Boyolali, Agus Irawan, hadir dan ikut menyiramkan air bunga mawar ke kepala salah satu sapi perah.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: