Namun bukan berarti mereka anti-sosial. Mereka hanya membangun koneksi dengan cara yang berbeda yakni lewat komunitas daring, hobi bersama, atau gerakan sosial di media sosial. Lagi-lagi, ini adalah anggaran keliru Generasi Z yang sering disalahartikan.
Faktanya, Gen Z sangat peka terhadap informasi dan berita palsu. Mereka tumbuh di tengah banjir informasi, sehingga terbiasa memilah-milah mana yang kredibel dan mana yang tidak.
Mereka juga aktif menyuarakan isu-isu seperti perubahan iklim, keadilan rasial, dan kesehatan mental yang semua itu butuh pemikiran kritis, bukan sebaliknya.
Memang benar bahwa Gen Z lebih sensitif terhadap kritik. Tapi bukan berarti mereka lemah. Mereka hanya menginginkan kritik yang membangun, bukan yang menjatuhkan. Ini adalah bagian dari nilai baru yang mereka bawa bahwa komunikasi seharusnya saling menghormati dan tidak merusak mental seseorang.
Banyak yang berpikir Gen Z tidak bisa hidup tanpa ponsel. Namun kenyataannya, mereka justru mulai sadar pentingnya digital detox dan membatasi waktu layar.
Mereka menggunakan teknologi secara cerdas, baik untuk bekerja, belajar, maupun bersosialisasi.
Stereotip negatif Gen Z ini muncul karena mereka lebih terbuka membicarakan perasaan. Tapi justru inilah kekuatan mereka.
Mereka berani bicara tentang kecemasan, burnout, bahkan trauma masa kecil. Ini menunjukkan bahwa mereka punya kesadaran emosional yang tinggi dan ingin hidup lebih sehat secara mental.
Sebaliknya, banyak anak Gen Z yang sangat aktif dalam isu politik dan sosial. Mereka mungkin tidak selalu mengikuti jalur formal seperti partai politik, tapi mereka menggunakan kekuatan media sosial untuk menyuarakan pendapat dan mendorong perubahan.
Ini juga bagian dari mitos tentang Gen Z. Mereka bukan tidak punya etika kerja, tapi mereka tidak mau bekerja dengan sistem yang menindas atau tidak adil.
Mereka menghargai hasil kerja tim, transparansi, dan kerja cerdas, bukan hanya kerja keras.
Banyak yang melihat Gen Z seolah menunda kedewasaan karena belum menikah atau punya rumah di usia muda.
Tapi ini lebih karena kondisi ekonomi global yang berat, bukan karena mereka tidak mau bertanggung jawab. Mereka justru lebih realistis dan hati-hati dalam mengambil keputusan besar.
Daripada terus-terusan menyebarkan stereotip negatif Gen Z, akan lebih baik jika kita mencoba memahami mereka lewat perspektif yang lebih adil.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Yourtango.com