Kematangan emosional menjadi faktor penting dalam persiapan pernikahan menurut Gen Z. Fadilatunnisa dkk. mencatat bahwa banyak responden merasa perlu untuk memahami diri sendiri, dan mencapai kestabilan emosional terlebih dahulu sebelum berkomitmen pada orang lain melalui pernikahan.
Hasil penelitian menunjukkan pergeseran signifikan dalam persepsi usia ideal untuk menikah.
Jika generasi sebelumnya mungkin menganggap usia awal 20-an sebagai saat yang tepat untuk menikah, survei dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa mayoritas Gen Z menganggap usia ideal menikah untuk perempuan adalah 24-27 tahun, dan untuk laki-laki 27-30 tahun.
Penundaan ini terkait erat dengan keinginan untuk menyelesaikan pendidikan, membangun karir, dan mencapai kematangan emosional sebelum memutuskan untuk menikah.
Ini menunjukkan pergeseran nilai dari generasi sebelumnya yang cenderung menikah lebih muda.
Meskipun banyak ketakutan dan kekhawatiran, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar Gen Z masih memandang pernikahan sebagai tujuan jangka panjang.
Oleh karena itu, mereka mempertimbangkan dengan sangat matang mulai dari melihat kondisi hubungan pernikahan di sekitar sampai kesiapan mental diri sendiri.
Ini menunjukkan bahwa daripada menolak institusi pernikahan secara keseluruhan, Gen Z lebih banyak melakukan redefinisi tentang waktu yang tepat dan kondisi yang ideal untuk menikah.
Ketakutan Gen Z terhadap pernikahan tidak serta-merta berarti mereka anti terhadap institusi pernikahan itu sendiri.
Alih-alih menolak pernikahan, Gen Z sedang mendefinisikan ulang makna, waktu, dan konteks pernikahan yang sesuai dengan kondisi mereka.
Mereka menginginkan pernikahan yang didasarkan pada kesiapan yang matang baik secara mental, emosional, maupun finansial serta nilai-nilai kesetaraan dan saling menghormati.
Pemahaman terhadap pergeseran pandangan ini penting bagi orang tua, pendidik, pemuka agama, dan pembuat kebijakan untuk dapat memberikan dukungan yang tepat bagi Gen Z dalam mempersiapkan diri menuju pernikahan yang sehat dan berkelanjutan. Lantas, bagaimana pendapatmu?
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Jurnal