Kamu mungkin bisa mulai mencoba membangun keintiman dengan membuka obrolan bersama pasangan secara bertahap saat kondisinya dirasa sudah mulai aman untuk dilakukan diskusi bersama.
Caranya, kamu bisa menggali perasaannya dengan memvalidasi emosinya sebelum meyakinkan dirinya bahwa nggak masalah dengan mengekspresikan perasaannya secara jujur.
Akan tetapi juga jangan terlalu memaksa jika pada dasarnya pasanganmu belum cukup siap menunjukkan perasaannya guna menghindari komunikasi yang sifatnya jadi konfrontatif atau menimbulkan pertengkaran.
Kamu juga bisa memancingnya seperti memberikan contoh kepada pasangan kamu dengan jaminan yang bisa menenangkan mereka, seperti ‘aku di sini siap dengerin kamu’ atau kamu juga bisa contohkan komunikasi saat kamu butuh ruang sendiri, seperti ‘aku lagi butuh waktu sendiri nih, nanti aku hubungin kamu kalau perasaanku udah mendingan ya’, dan lain sebagainya yang bisa memancingnya untuk melakukan hal yang sama saat dihadapkan pada situasi tersebut.
Karena berani terhubung dengan orang lain, maka juga harus berani untuk menyelesaikan segala permasalahan secara bersama dengan komunikasi yang juga sehat.
Nggak ada salahnya untuk bersikap mengalah saat dihadapi pada situasi di mana kamu sadar bahwa pasanganmu termasuk tipe yang suka menghindar dari situasi tertentu.
Karena dengan begitu kamu sudah berusaha untuk mencoba memahami gaya keterikatannya dan paham atas batasan-batasan tertentu yang mungkin belum bisa kamu sentuh.
Yang terpenting jangan putus dalam hal komunikasi dengan terus memancingnya dengan pendekatan terbaik yang bisa kamu lakukan, tanpa memaksa mereka untuk langsung terbuka tentang perasaannya.
Dengan memahami gaya keterikatan seperti ini, maka kamu juga akan menemukan pola untuk membantu pasangan kamu atau mungkin diri kamu yang punya sikap avoidant.
Yang mana kemudian berlatih dalam membangun kepercayaan diri dengan memberi kesempatan kepada mereka untuk mendukung dan membagi perasaan emosionalnya kepada orang lain secara perlahan dengan perasaan yang juga lebih nyaman tanpa merasa kewalahan atau nggak terkendali.
Banyak orang yang mengira saat menjalani hubungan dengan orang lain, maka disertai dengan keyakinan kita juga dapat memperbaiki atau ‘menyelamatkan’ orang lain dari pengalaman di masa lalunya.
Namun apabila praktik ini nggak turut disertai dengan self-awareness dari pihak yang bersangkutan untuk sama-sama belajar mengelola pemicu dan sifat keterikatan mereka, maka akan sulit juga untuk menyembuhkannya.
Maka dari itu, selain diri kita yang terus mendorong pasangan secara lembut dengan membantunya memberikan rasa aman dan ruang komunikasi yang menimbulkan rasa kepercayaan, juga harus disertai dengan kesadaran diri dari pasangan kamu untuk turut melakukan perubahan demi hubungan yang lebih sehat.
Saat ternyata komunikasi yang kamu lakukan sudah dilakukan secara maksimal namun masih belum menemukan titik temunya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: The Attachment Project