Ilustrasi fenomena penularan emosi
INDOZONE.ID - Setiap orang pasti pernah merasakan emosi yang berakhir diluapkan dalam bentuk amarah.
Hal ini tentu sangat wajar karena pada dasarnya meluapkan amarah merupakan bentuk mekanisme pertahanan diri kita saat sedang merasa kewalahan, kecewa, atau terancam dalam situasi tertentu.
Meskipun meluapkan amarah adalah hal yang normal terjadi, sebagian dari kita masih ada yang nggak tahu cara mengekspresikan emosi tersebut dengan tepat.
Sehingga pada akhirnya emosi yang diluapkan justru semakin mengacaukan situasi, namun nggak mengatasi akar penyebabnya secara keseluruhan, biarpun di sisi lain mungkin menimbulkan rasa lega bagi orang yang mengekspresikan bentuk kemarahannya itu.
Penting untuk kita tahu bahwa memahami proyeksi kemarahan diri nggak hanya membawa manfaat secara personal, tapi juga dapat menjaga hubungan yang sehat dengan orang di sekitar kita.
Nah, tulisan ini akan membahas tentang pengertian proyeksi emosi, dampak, dan cara menghadapinya agar emosi yang kita luapkan terasa lebih sehat. Simak ya!
Baca Juga: 7 Minuman Herbal untuk Anemia, Biar Aktivitas Harian Gak Loyo!
Memproyeksikan emosi merupakan salah satu fenomena psikologis yang dikaitkan pada pikiran, perasaan, atau karakteristik kepada orang lain atau faktor lain.
Biasanya berhubungan saat seseorang mengekspresikan emosinya dengan cara yang nggak sepenuhnya tepat atau sehat dan seringkali melibatkan orang lain atau faktor eksternal lain sebagai sasaran emosinya yang bisa disalahkan atas rasa frustasi mereka.
Dalam teori Freud, proyeksi emosi sering terjadi secara nggak sadar, di mana individu nggak menyadari luapan emosi mereka yang diproyeksikan kepada orang lain.
Sehingga hal ini lah yang akhirnya juga sering memicu rasa ketidaknyamanan, kesalahpahaman, dan konflik yang nggak berujung.
Bentuk proyeksi emosi yang paling umum terjadi yakni proyeksi menyalahkan orang lain atas kesalahan atau kekurangan diri sendiri.
Misalnya, jika ada seseorang yang punya kebiasaan terlambat, mereka bisa saja menuduh orang lain dengan menyalahkannya sebagai penyebab keterlambatannya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Simply Psychology, Masteringanger.com