Kategori Berita
Media Network
Sabtu, 18 APRIL 2020 • 10:34 WIB

Kisah Inspiratif Pasien Virus Corona, Ditinggal Suami hingga Bangkit dari Keterpurukan

Aiza Syafinaz dan suaminya yang sudah meninggal akibat Covid-19 (Instagram/@aizasyafinas)

Kehidupan Aiza Syafinaz, perempuan asal Malaysia berubah total sebulan terakhir. Pernikahan yang sudah terjalin 10 tahun dipisahkan maut, sang suami meninggal akibat virus corona

Mohd Fairos Saberon, suami Aiza divonis positif Covid-19 pada 17 Maret 2020. Ia dirawat di Rumah Sakit Kuala Lumpur. Sehari kemudian, kondisi pria berusia 36 tahun itu memburuk. Fairos dirawat karena koma dengan perawatan lebih lanjut karena gangguan paru, hati dan gagal jantung. 

Saat di rumah sakit, dokter menyarankan untuk Aiza (34) yang berada di rumah untuk video call dengan suami yang dirawat di rumah sakit. 

"Dia punya handuk basah di dahinya dan ada selang oksigen di hidung. Saya tidak akan pernah melupakan tatapan pasrah di matanya," kenang Aiza Syafina, sebagaimana dilansir Channel News Asia, Sabtu (18/4/2020). 

Aiza teringat kata-kata suaminya,

"Saya harap kamu bersiap, bersiaplah dan siapkan dirimu. Saya sudah mencapai akhir, saya berdoa agar kamu menjaga diri baik-baik," kata Fairos sembari menangis. 

Pasangan suami-istri yang tinggal di Kuala Lumpur ini sebelumnya telah melakukan perjalanan ke Bandung, Indonesia pada 9-12 Maret 2020 untuk liburan singkat dengan beberapa teman. Mereka juga menghadiri acara pernikahan di Perlis, Malaysia pada 17 Maret. 

Selama periode ini, Fairos yang berprofesi sebagai polisi ini mengalami demam sesekali. Dia pergi ke 3 klinik berbeda untuk mencari bantuan medis, namun semua dokter bersikeras bahwa yang dialaminya hanya flu biasa. 

Salah satu tugas terakhir Mohd Fairus adalah di istana Negara pada akhir Februari. Istana mengonfirmasi pada 26 Maret bahwa ada 7 petugas dinyatakan positif covid-19. Namun belum diketahui pasti bagaimana Fairos tertular virus tersebut. 

Tanpa ucapan selamat tinggal 

Aiza Syafinaz dan suami (Channel News Asia)

Ketika Fairus dalam keadaan koma, Aiza tidak pernah berhenti berdoa untuk kesembuhan suaminya. Dia yang tidak diperbolehkan untuk menemani Fairus di rumah sakit hanya bisa berdoa dan hanya bisa berkomunikasi via WhatsApp. 

"Maaf Abang, aku tidak bisa bersamamu. Tapi ada dokter di sana dan mereka akan menyelamatkanmu. Lain kali kalau sakit, kita akan menanggapinya dengan serius, semoga Abang lekas sembuh," kata Aiza mengenang percakapan dengan suami. 

Aiza yang tengah karantina mandiri di rumah hanya bisa berharap, pesannya itu di baca. Tanda abu-abu berubah jadi biru dan dibalas oleh suaminya. Namun sayangnya pesan itu tidak pernah dibaca. 

Pada 26 Maret, setelah satu pekan dirawat suaminya meninggal. Dunia seolah runtuh ketika dokter mengingatkannya untuk tidak datang ke rumah sakit. Semua agenda pemakaman hanya diperbolehkan dilakukan petugas medis. 

"Saya tidak bisa menerima itu. Saya mohon padanya untuk membiarkan saya datang ke pemakaman, mencium wajahnya tapi dokter begitu keras. Saya tidak diperbolehkan," ujarnya. 

Aiza positif Covid-19 dan bangkit dari keterpurukan

Empat hari berselang ketika tengah berduka, pihak rumah sakit memberi kabar kalau Aiza juga positif virus corona meski hanya menunjukkan gejala ringan. Kemudian ayahnya yang tinggal di Simpang Renggam, Johor, juga dinyatakan positif Covid-19. 

"Saya sempat berpikir apakah ini takdir? Sekarang saya terinfeksi dan segera menyusul suami untuk bersatu kembali dengan suaminya di akhirat. Saya merasa tidak ingin hidup lagi," katanya. 

Tapi dia tidak sendirian. Di ruang isolasi ada perawat dan dokter yang memberinya support. Di bangsal sebelah, ada seorang wanita yang berjuang dengan kanker payudara stadium dua di atas Covid-19. Dia begitu terlihat semangat, tidak seperti Aiza. 

Akhirnya mereka pun saling cerita, saling menguatkan, olahraga bersama. Delapan hari selama di rumah sakit, perempuan di bangsal sebelah pun diperbolehkan pulang. Aiza pun diperbolehkan pulang karena dia sudah sembuh, begitu juga ayahnya yang sembuh dari Covid-19 setelah jalani perawatan selama 19 hari di Rumah Sakit Permai Johor. 

"Perempuan itu sangat semangat. Saya berpikir kalau pasien kanker saja bisa sembuh dan mampu berpikir positif, mengapa saya tidak?," ujarnya. 

Lantas Aiza menuliskan semua pengalamannya di Facebook. Semua ia dokumentasikan lewat tulisannya itu. Banyak orang yang memberinya dukungan untuk bisa melewati masa-masa sulit. Dia merasa tidak sendirian, banyak orang simpati dengannya. Ia juga mendorong agar pasien Covid-19 itu tidak diberi stigma negatif. Mereka bisa pulih dan butuh dukungan. 

"Orang-orang dari seluruh penjuru, mulai dari Sabah hingga Australia menghubungi saya untuk menyampaikan salam. Saya merasa sangat diberkati," pungkasnya. 

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Kisah Inspiratif Pasien Virus Corona, Ditinggal Suami hingga Bangkit dari Keterpurukan

Link berhasil disalin!