Ilustrasi tari kecak (pexels/@just-baf-96724281)
Indonesia sudah lama dikenal dengan budayanya yang beraneka ragam, salah satunya yaitu tarian tradisional.
Tari tradisional di Indonesia berasal dari berbagai wilayah, sehingga memiliki ciri khas yang berbeda-beda.
Tari kecak misalnya, memiliki keunikan tersendiri yang membedakannya dengan tari-tarian lainnya.
Simak penjelasan Indozone berikut ini mengenai sejarah asal-usul tari kecak berasal dari pulau/provinsi Bali dan pola lantainya.
Tari kecak berasal dari Bali. Tarian ini disebut juga tari api (Fire Dance) karena menggunakan api unggun untuk dikelilingi para penarinya.
Dinamakan tari kecak, karena tarian ini dilakukan oleh 50-60 orang penari laki-laki yang menyerukan suara "cak, cak, cak".
Mereka duduk berbaris dengan posisi membentuk lingkaran sambil mengangkat kedua tangan ke atas.
Para penari tersebut cuma mengenakan sarung kotak-kotak khas Bali (kain poleng) tanpa atasan.
Uniknya, tari kecak tidak menggunakan iringan alat musik apapun dan tidak memakai latar panggung khusus.
Hanya teriakan para penari yang mampu menciptakan irama dinamis sehingga menghasilkan atraksi energik dan nuansa bersemangat.
Biasanya, tari kecak dilaksanakan saat matahari tenggelam di tempat yang luas seperti ruangan terbuka.
Umumnya, tari ini dapat disaksikan di Pura Uluwatu, Tanah Lot, GWK Cultural Park, Pura Dalem Ubud, Panggung Padang Tegal, dan Batubulan.
Sejarah tari kecak bermula ketika seorang penari Bali bernama I Wayan Limbak bekerja sama dengan Walter Spies yang merupakan pelukis asal Jerman.
Sekitar tahun 1930-an, mereka menciptakan tari kecak yang terinspirasi dari tradisi Sanghyang, yaitu kegiatan adat untuk menolak bala.
Pada tradisi Sanghyang, para pelakunya akan menari dalam kondisi tidak sadar, dan melakukan komunikasi dengan para dewa serta roh leluhur.
I Wayan Limbak dan Walter Spies kemudian mengambil beberapa komponen tradisi Sanghyang lalu menyelipkan drama dari kisah Ramayana.
Itulah sebabnya, dalam tari kecak terdapat penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana, seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.
Secara keseluruhan, tari kecak mengisahkan tentang Dewi Shinta yang diculik oleh Rahwana ketika Rama sedang berburu di hutan.
Gerakan tari kecak yang mengangkat kedua tangan, menggambarkan barisan kera tengah membantu Rama melawan Rahwana.
Melansir dari jalurrempah.kemdikbud.go.id, setelah tari kecak diciptakan, I Wayan Limbak mempopulerkan tari kecak dengan berkeliling dunia bersama rombongan penari dari sanggarnya.
Tari kecak menggunakan pola lantai garis lengkung yang berbentuk lingkaran, sesuai dengan posisi para penarinya.
Dengan pola lantai tari kecak ini, para penari akan duduk melingkar mengelilingi api unggun yang ada di bagian tengah.
Kemudian, dua penari utama yang berperan sebagai Rama dan Shinta, memasuki area panggung yang telah dikelilingi penari lainnya.
Penari yang berperan sebagai Rama dan Shinta lalu menari dan mengisahkan kehidupan awal mereka.
Ketika Rama pergi berburu, momen tersebut dimanfaatkan raksasa jahat bernama Rahwana untuk menculik Shinta.
Rama lalu berusaha menyelamatkan Shinta dengan adegan-adegan dramatis yang menjadi inti cerita tari kecak.
Demikianlah penjelasan mengenai sejarah tari kecal berasal dari Bali dan pola lantai tari kecak. Semoga bermanfaat, ya.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: