Misiyah Rani (kiri) bersama majikannya. (Susi Fatimah/Z Creators)
Menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri tentu memiliki tantangan tersendiri. Tak jarang cerita pilu dialami oleh para pejuang devisa saat menjalani pekerjaan di negeri orang.
Hal itu berbanding terbalik dengan kisah yang dialami oleh Misiyah Rani, asisten rumah tangga (ART) asal Indonesia yang kini bekerja di Amerika Serikat.
May sapaan akrabnya, menceritakan keluarga majikannya di Amerika Serikat sangat baik. Majikannya yakni dokter Gary dan istrinya Debbie serta anak-anaknya tak pernah memperlakukan May sebagai pembantu.
Keluarga majikannya menganggap May seperti keluarga sendiri. Bahkan saat keluarga majikannya pergi berlibur, May juga turut diajak.
“Mereka memanusiakan manusia, menghormati orang, memperlakukan lebih sayang. Pergi kemana justru saya yang diutamakan. Mereka dibanding sama anaknya lebih care ke aku. Jadi merasa bukan seperti pembantu. Mereka vacation kemana aku diajak. Untuk hotel, tiket pesawat semua dikasih, bahkan makan kita satu meja. Di mana dapat majikan yang seperti ini?,” kata May menceritakan kepada Tim Z Creators, Susi Fatimah.
Tak hanya itu, hak-hak ia lainnya juga sangat diperhatikan oleh majikannya, seperti jatah libur. Dalam seminggu ia diberi libur selama dua hari setiap Jumat dan Senin.
Saat momen Idul Fitri, dokter Gary juga memberinya libur untuk menjalankan hari raya bersama keluarga. Begitu juga pada tanggal merah lainnya. Bahkan saat momen Natal, ia diberi jatah libur serta bonus gaji.
“Holiday apapun di sini dikasih. Setiap tanggal merah, ngga mesti tanya pasti off. Terus kalau Lebaran dikasih libur. Kalau Natal ada bonus seminggu gaji,” ujarnya.
May juga mengungkap kebaikan lainnya dari si majikan yaitu saat dirinya memecahkan barang di rumah. Kala itu ia sudah ketakutan akan dipecat oleh sang majikan.
Namun rupanya reaksi majikannya justru sebaliknya, mereka tertawa melihat May yang ketakutan dan beranggapan akan dipecat. Padahal mereka sama sekali tidak mempermasalahkan benda yang jatuh tersebut.
“Karena namanya pembantu punya kesalahan takut, dulu aku gitu. Tapi lama kelamaan ‘oh orang ini begini ya enggak mempermasalahkan ini itu’. Ya udah semakin aku keenakan (betah kerja),” kata May.
May menceritakan, almarhumah ibunya dulu terenyuh melihat anaknya memiliki majikan yang sangat baik di negeri orang. Saat itu May sering video call dengan ibunya untuk mengobati rindu.
Ia juga mengajak majikannya bervideo call dengan ibunya. Hingga sang ibu berkali-kali mengucapkan terimakasih kepada keluarga dokter Gary atas kebaikannya.
“Kalau video call ibuku sama majikanku, suka matur suwun terus ke majikanku itu. Terus aku dirangkul-rangkul, ibuku nangis lihat aku diperlakukan kayak gitu di sini, terenyuh,” katanya menceritakan.
Tak berhenti sampai di situ, wanita asal Ponorogo, Jawa Timur ini juga diberi gaji yang fantastis oleh majikannya. Dalam sebulan ia bisa mengantongi gaji sekitar Rp60 juta dengan rincian gaji tiap minggunya mencapai $700 hingga $800.
Kemudian saat libur ia juga turut dibayar oleh majikannya. Kebaikan dokter Gary dan keluarga yang membuatnya betah dan bisa bertahan bekerja hingga 21 tahun di rumah tersebut.
“Aku enggak pernah mempermasalahkan duit, aku sudah nyaman kerja di sini. Duit bisa dicari, tapi kedekatan majikan dengan pembantu ngga ada yang kayak mereka baiknya,” tuturnya.
Tak heran jika anak-anak dokter Gary pun menyayangi May layaknya keluarga mereka sendiri. Bahkan anak bungsu keluarga tersebut yakni Michael sudah menganggap May sebagai ibu keduanya.
Sebab ia sudah merawat dan mengasuh Michael sejak usianya masih 1,5 tahun hingga kini sudah duduk dibangku kuliah tingkat akhir.
"Dia (Michael) selalu bilang May is my second mother, dia selalu bilang gitu. Karena dekatnya sama aku, karena kan sama ibunya dulu sering ditinggal dari kecil. Yang pegang aku sampai sekarang. Sekarang pun aku memperlakukan dia kayak bayi. Apapun kebutuhan dia, sarapan, makan siang setelah pulang sekolah saya masih tetap perlakukan begitu. Michael is Michael. Dia enggak bisa kayak gede gitu ngga bisa," papar May.
Hingga kadang, lanjut May, majikannya yang perempuan mengkritiknya lantaran terlalu memanjakan Michael. Namun May tak ambil ambil pusing karena ia senang merawat anak-anak majikannya itu.
"Makannya bos ku bilang kamu manjain Michael, tapi no Michael is Michael is my son. I know your son. Ngalah ibunya. Dulu aku gendong dia, sekarang dia yang gendong aku," kata May sambil tertawa mengingat kenangannya dalam merawat Michael.
Kerja keras dan ketekunan May selama puluhan tahun merantau di Amerika berbuah manis. Ia mengungkapkan, hasil kerja kerasnya digunakan untuk kebutuhan hidup dan membantu keluarganya di Indonesia.
Selama ini ia menjadi tulang punggung keluarganya. Ia memiliki dua orang adik yang harus dibiayai serta membantu ekonomi ketiga kakaknya dan ponakan-ponakan.
“Niatnya kerja di sini untuk bantu yang di Indonesia toh. Ya disyukuri alhamdulillah. Suamiku juga enggak pernah mempermasalahkan uangku, yang penting saya bisa handle di sini dan di Indonesia ya udah. Semuanya nyaman dan ngga membeda-bedakan membantu,” katanya.
Artikel menarik lainnya:
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: