Kisah pabrik yang dighosting oleh pemerintah dengan meminta produksi 1000 mesin rupanya memiliki rentetan yang memilukan. Pasalnya, meski dilanda kerugian, pabrik tersebut rela menjual aset pabrik agar tidak melakukan PHK kepada karyawannya.
Hal ini seperti curahan hati seorang buruh di akun Twitter-nya yang mengungkapkan rentetan kejadian pemerintah hingga meng-ghosting pabriknya tersebut.
Baca Juga: Ngeri-ngeri Seru! Ternyata Gini Uji Coba Roller Coaster di Pabrik Sebelum Jadi Wahana
"Sementara perusahaan harus terus mengangsur hutang ke Bank, dan menggaji karyawan kan? Nilai uang "berhenti" perusahaan berupa berbagai stok saat ini lebih dari 30 milyar. Saya terus minta @KyaiMblebes untuk sekuat mungkin tidak melakukan PHK karyawan," tulis buruh tersebut.
Sampai tulisannya ini naik ke media sosial, buruh pabrik tersebut mengatakan jika tak ada karyawan yang di PHK meski kondisi perusahaan sedang susah-susahnya.
"Alhamdulillah sampai hari ini tidak ada karyawan yg di PHK. Berbagai aset pribadi harus kami jual agar karyawan masih bisa membiayai keluarganya," ungkap akun tersebut.
Lebih lanjut, alasan pabrik tersebut tetap mempertahankan karyawan dan tidak melakukan PHK meski kondisi sedang susah ialah bercermin akan masa lalu pendirian pabrik.
MEMPERTANYAKAN JANJI.
— #Kisihati Heru Lelono (@her_alone) November 7, 2022
(1). Alkisah Presiden @jokowi hadir dipabrik peralatan pertanian kami di Mlilir Madiun. Atas info Mentri Pertanian saat itu Amran, beliau mengatakan bahwa pemerintah memerlukan sekitar 60rb alsintan pemanen padi. Lalu menanyakan kemampuan produksi kami.
Pabrik tersebut memang berniat didirikan untuk membantu para petani sehingga mampu menciptakan lapangan pekerjaan dalam negeri. Pabrik ini pun ingin membuktikan jika anak negeri mampu membuat jalan sendiri terlebih dalam hal teknologi pertanian.
Baca Juga: Jumlah Pengangguran Muda di RI Tertinggi Se-ASEAN, yang Berpendidikan Tinggi Paling Banyak
"Kami sejak 2007 berniat melakukan sesuatu yg bisa membantu petani. Selain menciptakan lapangan kerja didalam negeri. Diawali dg memproduksi pupuk pesanan pemerintah unt pupuk subsidi. Pabrik pupuk awal kami juga hidup enggan matipun tak hendak. Akibat subsidi yg ditebas," jelasnya.
"Selin itu kami ingin membuktikan bahwa anak negeri mampu membuat sendiri," sambung buruh tersebut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: