Kategori Berita
Media Network
Jumat, 14 OKTOBER 2022 • 20:37 WIB

Kampus Punya Pengaruh untuk Jaga Kesehatan Mental Remaja

Ilustrasi suasana kampus yang aman dan nyaman demi cegah remaja bunuh diri akibat masalah mental. (Freepik)

Masalah kesehatan mental yang berujung bunuh diri, diketahui cukup banyak dialami remaja. Bahkan kabar terbaru, ada mahasiswa angkatan baru di Yogyakarta yang melakukan bunuh diri dengan melompat dari lantai 11 di sebuah hotel.

Hal itu menjadi perhatian sejumlah psikiater akan masalah kesehatan mental di kalangan anak muda. Menurut psikiater dari Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo dr. Gina Anindyajati, SpKJ, masalah ini perlu mendapat perhatian khusus dari pihak kampus.

Gina mengatakan, sudah seharusnya ekosistem kampus perlu memiliki kepekaan terhadap risiko bunuh diri yang bisa menyerang mahasiswa. Diharapkan, pihak kampus mampu menjadi garda terdepan dalam mencegah kasus bunuh diri.

"Pihak kampus perlu mengembangkan kepekaan terhadap risiko bunuh diri yang cukup tinggi pada populasi remaja usia transisi,” ucap Gina dikutip dari Antara, Jumat (14/10/2022).

Baca Juga: Punya Masalah Kesehatan Mental? Ini Cara Berobat ke Psikiater Jalur BPJS Kesehatan

“Ada begitu banyak adaptasi yang perlu dilakukan oleh mahasiswa selama menjalani kehidupan kampusnya, sehingga perlu juga disiapkan sistem dukungan yang mumpuni oleh kampus," sambungnya.

Psikiater lulusan Universitas Indonesia ini juga mengatakan, mengembangkan kampus yang aman dan nyaman, baik secara fisik maupun mental juga dirasa penting. Sehingga, para peserta didik dapat terbebas dari risiko berbagai risiko kekerasan.

Selain itu, dr. Gina juga mengatakan, setiap kampus diharapkan punya sistem pendampingan berlapis. Mulai dari pendampingan sebaya, mentor akademik, hingga layanan kesehatan jiwa formal.

"Sebaiknya setiap kampus memiliki program layanan kesehatan mental yang dapat diakses secara bebas oleh mahasiswa, mulai dari pembekalan saat maba (mahasiswa baru) maupun pendampingan selama masa kuliah," ujar Gina.

Baca Juga: Sering Ngantuk di Pagi Hari? Waspadai Masalah Psikologis

"Lalu, (kampus) bekerja sama dengan stakeholders terkait untuk menciptakan lingkungan kampus yang aman dan meminimalkan akses kepada alat yang berisiko digunakan untuk mengakhiri hidup," lanjutnya.

Menurutnya, upaya pencegahan bunuh diri di lingkungan akademis, juga enggak hanya dilakukan pihak kampus saja. Teman-teman di lingkungan perguruan tinggi juga punya peranan penting dalam upaya pencegahan tersebut.

"Sebagai teman, maka kita perlu belajar peka dengan keadaan orang sekitar kita, termasuk menangkap ungkapan yang mengarah pada ketidaknyamanan, apalagi ide untuk mengakhiri hidup," kata Gina.

Baca Juga: Punya Gejala Gangguan Metal? Ini Waktu yang Tepat untuk Kunjungi Psikolog

Sikap yang dapat ditunjukkan sebagai teman antara lain, mendengarkan tanpa menghakimi, berusaha memahami posisi yang bercerita. Selain itu, kasih dukungan ke teman itu untuk mencari pertolongan, bahkan berperan secara aktif menemani bila diperlukan.

"Kehadiran kita secara utuh (tanpa ada distraksi atau selingan) memiliki makna yang besar bagi orang yang sedang membutuhkan dukungan. Oleh karena itu, kita juga perlu menyiapkan diri sebelum memberi pertolongan," ucap Gina. 

"Pastikan kita dalam kondisi yang cukup mampu untuk membantu. Kita juga bisa belajar menjadi penolong dengan mengikuti berbagai kegiatan seminar yang marak diselenggarakan selama pandemi ini," lanjutnya.

Artikel Menarik Lainnya:

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber:

BERITA TERBARU

Kampus Punya Pengaruh untuk Jaga Kesehatan Mental Remaja

Link berhasil disalin!