Ilustrasi wanita menimbang berat badan. (Freepik)
Setiap wanita tentu ingin memiliki berat badan yang ideal. Selain bikin jadi lebih pede alias percaya diri, berat badan yang ideal juga lebih menyehatkan.
Karena itulah banyak wanita yang rela melakukan apa pun untuk menurunkan berat badannya agar terhindar dari obesitas.
Segala macam diet dan jenis olahraga juga dilakukan. Tapi sayangnya, enggak semua usaha tersebut membuahkan hasil.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi wanita usia >18 tahun yang mengalami obesitas mencapai 29,3%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan obesitas pada pria yaitu sebesar 14,5%.
Obesitas sendiri merupakan kondisi dimana seseorang kelebihan berat badan jika dibandingkan dengan tinggi badannya. Wanita lebih rentan mengalami masalah kesehatan ini. Kok bisa, sih?
Ada banyak faktor yang menyebabkan wanita lebih rentan obesitas dibanding pria, yuk simak penjelasannya!
Wanita memiliki lebih banyak lemak dan lebih sedikit otot daripada pria. Hal ini akan memengaruhi metabolisme, atau lebih dengan kata lain kalori yang dipakai saat beraktivitas.
Laju metabolisme dipengaruhi oleh massa otot. Semakin besar massa otot, akan semakin cepat laju metabolismenya.
Estrogen adalah salah satu hormon wanita yang baik itu jika terlalu tinggi atau rendah dapat menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak diinginkan.
Perubahan hormon saat menjelang dan saat menstruasi juga menyebabkan adanya retensi cairan serta menimbulkan malas untuk berolahraga.
Hormon testosteron yang merupakan hormon pria berperan dalam membentuk massa otot. Hormon tersebut tidak banyak dimiliki oleh wanita. Hal ini berpengaruh ke risiko obesitas karena kurang massa otot menyebabkan metabolisme lebih lambat.
Perempuan lebih rentan untuk bertambah berat badan ketika mengalami menopause karena perubahan hormon dan laju metabolisme yang menjadi lebih lambat.
Obesitas pada wanita juga berpengaruh ke masalah reproduksi, lho. Wanita bisa sulit hamil karena obesitas, kenapa? Yuk simak ulasannya!
Wanita dengan IMT lebih tinggi membutuhkan waktu lama untuk hamil dan risiko infertilitas lebih tinggi karena perubahan hormon seks yang terjadi saat mengalami obesitas.
Perubahan yang dimaksud seperti sel lemak mengubah hormon pria bernama androstenedione menjadi hormon wanita bernama estrone.
Nah, estrone ini berpengaruh pada metabolisme bagian otak yang mengatur ovarium dan fungsi testikuler. Hal ini dapat berpengaruh buruk pada fungsi reproduksi.
Wanita yang mengalami obesitas memiliki peluang keberhasilan lebih rendah dalam IVF (bayi tabung). Misalnya respon terhadap induksi ovulasi yang kurang baik.
Wanita yang mengalami obesitas memiliki risiko komplikasi dalam kehamilan seperti diabetes dan hipertensi gestasional.
Enggak ada kata terlambat, masalah obesitas pada wanita masih bisa kok diatasi dengan memperbaiki asupan gizi.
Bahkan, sebenarnya solusinya cukup sederhana, yuk simak ulasannya!
Atur pola makan dengan menerapkan prinsip gizi seimbang dan defisit kalori untuk menurunkan berat badan.
Kalau awalnya kamu suka mengonsumsi makanan tanpa kesadaran penuh atau hanya sekedar makan. Cobalah untuk memperhatikan baik-baik makanan yang dikonsumsi.
Perhatikan lagi gizi makanan yang masuk ke tubuh kamu. Terutama soal protein dan kalorinya, apakah cukup atau kelebihan?
Pada prinsip defisit kalori, BMR, dan TDEE harus diketahui agar pemenuhan kebutuhan harian dapat dicapai, serta menghindari surplus kalori yang dapat menyebabkan penambahan berat badan.
Nah, ahli gizi bisa memberikan perhitungan dan menu diet yang tepat untuk defisit kalori.
Olahraga menjadi salah satu kegiatan yang penting banget dilakukan saat ingin menurunkan berat badan. Jadi, mengatur pola makan dan defisit kalori saja enggak cukup kalau mau mau menghindari obesitas.
Kalau kamu enggak olahraga, nantinya energi yang masuk ke dalam tubuh dan tidak terpakai akan dikonversi tubuh menjadi lemak. Kalau lemak sudah menumpuk, obesitas pun datang.
Berdasarkan saran WHO, olahraga sebaiknya dilakukan dalam 150 menit per minggu dengan intensitas sedang atau 75 menit per minggu dengan intensitas berat atau campuran sedang berat.
Enggak kalah penting dari mengatur pola makan dan olahraga, tidur yang cukup juga membantu mencegah obesitas pada wanita.
Jadi, ladies, yuk kurangi bergadang. Kekurangan tidur akan menyebabkan perubahan hormon, termasuk hormon lapar dan stres.
Hal ini akan mengakibatkan lapar palsu dan keinginan untuk makan yang menyebabkan kenaikan berat badan yang tidak diinginkan. Kamu pasti pernah mengalaminya, kan?
Kamu tahu enggak kalau ternyata ada lapar asli dan palsu. Biasanya, lapar palsu in dipicu oleh emosi, baik itu positif mau pun negatif.
Mengelola stres menjadi kunci agar kamu tidak terperangkap lapar palsu yang dapat menyebabkan naiknya berat badan yang tidak diinginkan.
Tapi, kalau kamu kesulitan mengelola stres bisa langsung ke psikolog atau dokter jiwa. Ini cukup penting untuk membantu kamu mendapatkan hidup yang sehat agar terhindar dari obesitas.
Dengan bahaya obesitas yang cukup mengganggu dan berbahaya, usahakan untuk mencapai status gizi/IMT normal untuk menjaga kesehatan.
Menurunkan berat badan pastinya bukanlah hal yang mudah. Karena itulah, perlu ahli gizi agar kamu bisa menurunkan berat badan dengan sehat dan tepat.
Ingin menurunkan berat badan dengan aman? Langsung klik link ini yuk, ladies!
Artikel Menarik Lainnya:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: