Kategori Berita
Media Network
Sabtu, 09 MARET 2024 • 20:05 WIB

Wuih, Pria di Jerman Disuntik Vaksin COVID-19 Sebanyak 217 Kali Selama 29 Bulan

Ilustrasi pria suntik vaksin COVID-19

INDOZONE.ID - Seorang pria lanjut usia (lansia) berusia 62 tahun di Jerman, menerima suntikan vaksin COVID-19 sebanyak 217 kali selama 29 bulan atau sekitar 2 tahun lebih, dari Juni 2021-November 2023.

Para peneliti mengungkap, pria yang berasal dari Magdeburg itu masih mempunyai sistem kekebalan tubuh yang berfungsi dengan baik, usai disuntik vaksin COVID-19 dengan jumlah yang tidak wajar.

Pria lansia tersebut menjalani suntikan vaksin COVID-19 berulang kali dengan alasan pribadi.

Menurut sebuah penelitian yg diterbitkan minggu ini di jurnal Lancet Infectious Diseases, aksi pria lansia itu bertentangan dengan rekomendasi otoritas kesehatan nasional.

"Sepanjang jadwal hipervaksinasi, tidak ada efek samping terkait vaksinasi yang dilaporkan. Kami tidak mendukung hipervaksinasi sebagai strategi untuk meningkatkan kekebalan adaptif," tulis para peneliti dari Friedrich Alexander University Erlangen-Nuremberg dan University Hospital Erlangen, dikutip Fox News Jumat (8/3/2024).

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa pria lansia itu menerima suntikan vaksin COVID-19 pertama jenis Johnson & Johnson dosis tunggal pada 3 Juni 2021 lalu.

Dia kemudian mulai mendapatkan dosis yang diproduksi oleh perusahaan seperti AstraZeneca dan Moderna, sebelum meningkatkan jadwal vaksinasi pada Januari 2022.

Baca Juga: Kemenkes: Stok Vaksin Covid-19 Gratis Masih Ada 4 Juta Dosis

Data menunjukkan selama dua minggu terakhir di bulan itu, pria tersebut mendapatkan suntikan vaksin COVID-19 setiap hari dan acapkali mendapatkan satu dosis di setiap lengannya.

Dia lalu melakukan hal yang sama selama 12 hari pertama pada Februari 2022, hingga jumlahnya mencapai ratusan vaksinasi.

Ilustrasi pria suntik vaksin Covid-19

Vaksinasi yang dilaporkan pria lansia itu dilaporkan berlanjut hingga November tahun lalu. Dari total jumlah vaksin yang didapatkannya, 134 dikonfirmasi oleh jaksa melalui dokumentasi pusat vaksinasi. Sedangkan 83 sisanya dilaporkan sendiri.

"Singkatnya, laporan kasus kami menunjukkan bahwa hipervaksinasi SARS-CoV-2 tidak menyebabkan efek samping dan meningkatkan jumlah antibodi spesifik lonjakan dan sel T tanpa memiliki efek positif atau negatif yang kuat terhadap kualitas intrinsik respons imun adaptif," tambah penelitian tersebut.

"Meskipun kami tidak menemukan tanda-tanda infeksi SARS-CoV-2 pada pria itu hingga saat ini, tidak dapat diklarifikasi apakah hal ini secara kausal terkait dengan rejimen hipervaksinasi." ujarnya.

Baca Juga: WHO Tidak Sarankan Orang Sehat Terima Vaksin COVID-19 Booster Kedua, Ini Alasannya

Para peneliti mengatakan, mereka melakukan penelitian ini setelah mengajukan proposal kepada pria tersebut melalui jaksa penuntut umum.

Pria itu lalu menyetujui memberikan informasi medis dan menyumbangkan darah dan air liurnya.

"Beberapa ilmuwan berpendapat bahwa sel-sel kekebalan tubuh akan menjadi kurang efektif setelah terbiasa dengan antigen," kata Friedrich Alexander dari University Erlangen-Nuremberg dalam sebuah pernyataan.

"Hal ini terbukti tidak terjadi pada pria itu karena sistem kekebalan tubuhnya berfungsi penuh," lanjut pernyataan tersebut.

"Tes lebih lanjut menunjukkan bahwa tidak ada perubahan pada efektivitas sistem kekebalan tubuh terhadap patogen lain. Oleh karena itu, tampaknya hipervaksinasi tidak merusak sistem kekebalan tubuh," tandasnya.

Writer: Putri Surya Ningsih


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Fox News

BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU

Wuih, Pria di Jerman Disuntik Vaksin COVID-19 Sebanyak 217 Kali Selama 29 Bulan

Link berhasil disalin!