Satu porsi daging merah diukur sekitar tiga ons, setara dengan ukuran setumpuk kartu. Konsumsi daging merah rata-rata peserta kemudian dibagi menjadi tiga kategori:
1. Rendah: Kurang dari 0,10 porsi per hari.
2. Sedang: Antara 0,10–0,24 porsi per hari.
3. Tinggi: 0,25 porsi atau lebih per hari.
Hasilnya menunjukkan, kelompok dengan konsumsi tinggi daging merah olahan memiliki risiko demensia 13 persen lebih tinggi dibandingkan kelompok dengan konsumsi rendah.
Selain itu, peserta yang mengonsumsi lebih banyak daging merah olahan mengalami penuaan otak yang lebih cepat, dengan fungsi kognitif global menurun sekitar 1,61 tahun, dan memori verbal menurun 1,69 tahun untuk setiap porsi tambahan per hari.
Sebaliknya, konsumsi daging merah olahan tidak menunjukkan perbedaan signifikan dalam risiko demensia, meskipun ada peningkatan 16 persen, risiko penurunan kognitif subjektif bagi mereka yang mengonsumsi lebih dari satu porsi per hari.
Ilustrasi kacang-kacangan pengganti daging merah. (freepik.com)
Mengganti satu porsi daging merah olahan dengan makanan yang lebih sehat terbukti efektif menurunkan risiko demensia:
- Kacang-kacangan dan polong-polongan: Menurunkan risiko demensia hingga 19 persen dan memperlambat penuaan kognitif sebesar 1,37 tahun.
- Ikan: Menurunkan risiko demensia hingga 28 persen.
- Daging ayam: Menurunkan risiko demensia hingga 16 persen.
“Mengurangi konsumsi daging merah dan menggantinya dengan sumber protein lain atau pilihan nabati, dapat dimasukkan dalam pola makan untuk mendukung kesehatan otak. Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut pada kelompok populasi yang lebih beragam," kata Dr. Wang.
Mengurangi konsumsi daging merah olahan dan menggantinya dengan pilihan sehat seperti ikan, kacang-kacangan, atau ayam bisa menjadi langkah sederhana, untuk mencegah penurunan kognitif dan demensia di masa depan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Timesofindia.indiatimes.com