Ilustrasi makan malam. (freepik.com)
INDOZONE.ID - Banyak orang terbiasa menjadikan makan malam sebagai porsi terbesar dalam sehari.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa waktu dan ukuran makan berpengaruh terhadap metabolisme serta risiko berbagai penyakit. Namun benarkah makan malam harus dengan porsi terkecil atau sedikit? Berikut penjelasannya.
Ilustrasi makan dengan ukuran atau porsi yang kecil. (freepik.com)
Selama bertahun-tahun, penelitian lebih banyak berfokus pada apa yang dikonsumsi daripada kapan waktu makan.
Namun, beberapa studi yang ada menunjukkan bahwa waktu makan berpengaruh terhadap risiko kesehatan tertentu.
Orang yang mengonsumsi sebagian besar kalorinya di malam hari cenderung lebih berisiko mengalami obesitas, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, dan peradangan kronis.
Menurut Frank AJL Scheer, Direktur Program Kronobiologi Medis di Brigham and Women’s Hospital, tubuh memiliki jam biologis yang mengatur cara kerja sel-sel tubuh.
Baca Juga: Berapa Jarak Ideal antara Makan Siang dan Makan Malam? Ini Penjelasannya
Di pagi hari, tubuh lebih siap untuk mencerna makanan dan menyerap nutrisi guna mendukung aktivitas sepanjang hari.
Namun, seiring berjalannya waktu, organ-organ yang berperan dalam metabolisme, seperti hati dan pankreas, menjadi kurang responsif.
Penelitian menunjukkan bahwa kadar gula darah cenderung meningkat lebih tinggi dan bertahan lebih lama setelah makan malam dibandingkan dengan makanan yang sama dikonsumsi di pagi hari.
Selain itu, menjelang waktu tidur, kadar melatonin dalam tubuh meningkat, yang berdampak pada penurunan sekresi insulin, sehingga tubuh lebih sulit mengatur kadar gula darah.
Jika sering mengonsumsi makanan berat di malam hari, risiko mengalami tekanan darah tinggi, peradangan kronis, obesitas, dan diabetes tipe 2 bisa meningkat.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Cnalifestyle.channelnewsasia.com