Ilustrasi kurang tidur(Sumber:X/Valisa)
INDOZONE.ID - Tidur malam yang nyenyak bukan hanya soal bangun segar keesokan harinya ternyata, kurang tidur yang mendalam bisa berdampak serius pada kesehatan otak, termasuk meningkatkan risiko penyakit Alzheimer.
Studi terbaru yang dimuat dalam Journal of Clinical Sleep Medicine mengungkap bahwa kurangnya waktu dalam dua fase tidur terdalam, yaitu slow-wave sleep (tahap 3) dan REM sleep (tahap 4), berhubungan dengan penyusutan bagian otak yang rentan terhadap penyakit Alzheimer
Baca Juga: Kefir Probiotik: Harapan Baru dalam Melawan Penyakit Alzheimer?.
Ilustrasi penyusutan otak(Sumber:X/Ruswandi Y.)
Selama ini, banyak riset menunjukkan bahwa gangguan tidur bisa meningkatkan risiko demensia.
Namun, studi baru ini memberikan gambaran lebih spesifik tentang bagaimana kurangnya tidur dalam tahap-tahap tertentu berdampak langsung pada struktur otak yang biasa terdampak Alzheimer.
Dalam penelitian tersebut, para ilmuwan menganalisis data dari 270 partisipan dalam studi Atherosclerosis Risk in Communities.
Mereka memantau pola tidur menggunakan polysomnography, kemudian membandingkannya dengan hasil MRI otak 13 hingga 17 tahun kemudian.
Hasilnya cukup mengejutkan:
- Kurangnya tidur slow-wave berkaitan erat dengan penyusutan di area otak bagian inferior parietal dan cuneus.
- Kekurangan tidur REM juga menunjukkan dampak serupa, terutama di area inferior parietal dan precuneus.
- Kedua fase tidur ini memiliki keterkaitan paling kuat dengan penyusutan otak di wilayah yang paling rentan terhadap Alzheimer.
- Menariknya, frekuensi terbangun di malam hari maupun keberadaan microbleed (perdarahan kecil di otak) tidak menunjukkan dampak signifikan terhadap penyusutan otak.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Webmd.com