Potret orang lanjut usia yang mengalami penyakit glaukoma.
INDOZONE.ID - Glaukoma merupakan penyakit mata yang merusak saraf optik dan dapat menyebabkan kebutaan. Diperkirakan sekitar 80 juta orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi ini.
Meski saat ini belum ada obat yang benar-benar menyembuhkan glaukoma, berbagai terapi seperti obat tetes mata, tindakan laser, dan operasi telah digunakan untuk memperlambat perkembangannya.
Dikutip dari Medical News Today, sejumlah studi sebelumnya menyebutkan, ada berbagai cara untuk menurunkan risiko glaukoma. Beberapa di antaranya tidak merokok, rutin berolahraga, dan menggunakan kacamata hitam.
Lalu, mengurangi konsumsi kafein, menjaga tekanan darah, serta mengonsumsi makanan bergizi yang kaya nutrisi tertentu seperti asam lemak omega-3, vitamin B3, A, C, serta antioksidan lutein dan zeaxanthin.
Kini, sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Cell Reports Medicine menambahkan informasi baru. Penelitian tersebut menunjukkan, suplemen vitamin B dan kolin—zat gizi penting yang mendukung metabolisme—berpotensi memperlambat progres glaukoma, berdasarkan penelitian pada tikus.
Baca Juga: 7 Buah Mengandung Vitamin B yang Baik untuk Kesehatan
Dalam penelitian tersebut, peneliti menyoroti peran asam amino homosistein yang secara alami diproduksi tubuh, dan berperan dalam sintesis protein.
Namun, kadar homosistein yang terlalu tinggi—dikenal sebagai hiperhomosisteinemia—dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Misal, gangguan jantung, penurunan kognitif, hingga risiko stroke yang lebih tinggi.
Tingginya kadar homosistein juga bisa menandakan defisiensi vitamin B, karena vitamin B dibutuhkan untuk memecah zat ini di dalam tubuh.
Studi sebelumnya telah mengaitkan kadar homosistein yang tinggi, dengan perkembangan glaukoma. Namun dalam studi terbaru ini, para peneliti menemukan, peningkatan kadar homosistein dalam darah tidak memperburuk kondisi glaukoma pada tikus.
Mereka menyimpulkan, homosistein hanya sebagai penanda dalam proses penyakit, bukan penyebab langsungnya.
“Perubahan kadar homosistein bisa menunjukkan bahwa retina kehilangan kemampuan menggunakan vitamin tertentu yang dibutuhkan untuk metabolisme sehat,” kata James Tribble, peneliti dari Departemen Ilmu Saraf Klinis di Karolinska Institutet, Swedia, sekaligus penulis utama studi ini.
Dalam eksperimen lanjutan, peneliti memberikan suplemen vitamin B—termasuk B6, B9 (folat), dan B12—serta kolin pada tikus model glaukoma. Hasilnya, pada tikus dengan perkembangan glaukoma yang lambat, kerusakan saraf optik dapat dihentikan sepenuhnya.
Sementara pada tikus dengan tipe glaukoma yang lebih agresif, suplemen ini mampu memperlambat perkembangan penyakit.
Ilustrasi vitamin B-12 (Istimewa)
Menariknya, tekanan bola mata (IOP) pada tikus-tikus tersebut tidak ditangani dalam eksperimen ini. Padahal, peningkatan tekanan intraokular merupakan penyebab utama glaukoma dan biasanya menjadi target utama dalam pengobatan.
Temuan itu menunjukkan, suplemen vitamin dan kolin bisa bekerja melalui mekanisme berbeda. Para peneliti kini bersiap melakukan uji klinis pada manusia, untuk mengonfirmasi hasil temuan ini.
Baca Juga: Telur Puyuh: Sumber Kolin untuk Daya Ingat yang Lebih Baik
Direktur Layanan Optometri dan Refraksi di Gordon Schanzlin New Vision, California, David I. Geffen, OD, FAAO, menyambut baik hasil studi ini.
“Setiap metode baru untuk mengurangi kerusakan akibat glaukoma, sangat kami sambut. Ini bisa menjadi terobosan penting karena merupakan salah satu studi pertama yang menunjukkan bahwa suplemen dapat membantu mengendalikan glaukoma,” ujarnya.
Geffen menambahkan, dengan bertambahnya jumlah pasien glaukoma seiring penuaan populasi, diperlukan lebih banyak inovasi dalam pengobatan. Ia juga berharap, akan ada studi jangka panjang dan uji suplemen lain yang sejenis.
Komentar serupa disampaikan Dokter Spesialis Mata di MemorialCare Orange Coast Medical Center, California, Dr. Benjamin Bert. Ia mengatakan, setiap penemuan yang berpotensi memperlambat atau mencegah kerusakan akibat glaukoma, adalah kabar baik.
“Selama ini, pengobatan glaukoma hanya berfokus pada menurunkan tekanan bola mata,” ujar Bert.
“Namun, kita mulai menyadari bahwa ada faktor lain yang turut mempengaruhi perkembangan glaukoma. Studi ini sangat penting karena mengeksplorasi penyebab metabolik yang mendasarinya, termasuk peran homosistein,” lanjutnya.
Bert menyebutkan, manfaat protektif dari suplemen vitamin dalam studi ini, merupakan perkembangan yang menjanjikan untuk pengobatan glaukoma di masa depan.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: Medical News Today