Kisah Pilu Pai Lin, Gajah Thailand yang Cacat Permanen karena Puluhan Tahun Ditunggangi Turis
INDOZONE.ID - Gajah mungkin dikenal karena ukuran dan kekuatannya, namun beban berat dari mengangkut wisatawan di punggungnya bisa menimbulkan bahaya besar, salah satunya cacat permanen.
Kondisi malang ini lah yang menimpa Pai Lin, gajah berusia 71 tahun yang kini hidup di bawah perlindungan Wildlife Friends Foundation di Thailand (WFFT).
Melansir Thai Elephant Refuge, Pai Lin yang saat itu berusia 60 tahun diselamatkan dari Surin, salah satu kota di Thailand yang terkenal dengan festival gajahnya.
Saat ditemukan, tulang punggungnya cacat dengan bekas luka karena tekanan, memiliki lipatan besar kulit keriput, dan kubah pelipis di kepalanya sangat menonjol.
Dibanding gajah lain di perlindungan WFFT, Pai Lin cenderung memiliki ukuran tubuh lebih kecil.
"Punggung Pai Lin masih memiliki bekas luka dari titik-titik tekanan lama. Tekanan terus-menerus pada tubuh (gajah) dapat merusak jaringan dan tulang punggung mereka, sehingga menyebabkan kerusakan fisik permanen pada tulang belakang mereka," kata kelompok penyelamat tersebut, dikutip dari NewsWeek, Kamis (28/12).
Baca Juga: Viral, Momen Kocak Gajah 'Begal' Batang Tebu di Jalan, Sopir Truk Cuma Bisa Pasrah
Pai Lin digunakan dalam industri penebangan kayu dan trekking sebelum tiba di WFFT. Dia juga digunakan untuk mengemis di jalanan selama bertahun-tahun dan terpaksa membawa howdah (kursi) berat yang memuat enam wisatawan.
Di Asia Tenggara, termasuk Thailand, wisata menunggang gajah adalah salah satu kegiatan populer.
Hal itu lah yang membuat Pai Lin bekerja di industri ini selama 25 tahun lamanya, dan mengangkut sudah tidak terhitung lagi jumlah wisatawan di punggungnya.
Meski kegiatan wisata ini populer, para aktivis mengatakan praktik tersebut merupakan bentuk kekejaman terhadap hewan karena tubuh mereka tidak dirancang untuk ditunggangi.
Selain itu, hewan-hewan tersebut juga sering dianiaya dan dieksploitasi di industri lain seperti trekking dan penebangan kayu, dan banyak yang mati karena kelelahan dan kekurangan gizi karena mereka terlalu banyak bekerja.
“Pai Lin tiba di tempat perlindungan kami pada tahun 2006 setelah bekerja di industri pariwisata Thailand. Dia diserahkan oleh pemilik sebelumnya yang merasa terlalu lamban dan selalu kesakitan serta tidak bisa bekerja dengan baik lagi," jelas direktur dan pendiri WFFT Edwin Wiek.
Pada kesempatan lain, Direktur Proyek WWFT Tom Taylor menambahkan, punggung gajah tidak dirancang untuk membawa beban berat. Sehingga, tekanan terus-menerus yang mereka dapatkan bisa menimbulkan cacat permanen.
“Tekanan terus-menerus terhadap tulang punggung mereka dari wisatawan dapat mengakibatkan kerusakan fisik permanen – seperti yang terlihat di Pai Lin,” kata dia.
Sementara itu, Wiek bilang, kelompok penyelamat berbagi kisah Pai Lin ini untuk meningkatkan kesadaran tentang kekejaman terhadap gajah.
Kemudian, seiring dengan menggeliatnya lagi industri pariwisata setelah pandemi, dia juga memperingatkan agar orang-orang tidak menunggangi satwa yang seharusnya hidup di alam liar tersebut.
Baca Juga: Kian Meresahkan, Konflik Gajah Liar Masuk Pemukiman Lalu Obrak-abrik Padi di Aceh Jaya
“Penting untuk dipahami bahwa gajah, tidak seperti kuda, tidak dibiakkan untuk ditunggangi. Mereka bukan hewan peliharaan dan diambil dari alam liar dan dipelihara dalam kondisi yang buruk,” tegasnya.
Kini, Pai Lin menjalani hari-harinya bersama 24 gajah lainnya yang diselamatkan di cagar alam WFFT dekat kota tepi laut Hua Hin, sekitar 2,5 jam berkendara dari Bangkok.
Setelah menjalani perawatan selama bertahun-tahun, Pai Lin yang disebut sebagai 'wanita tua yang introvert' ini dapat menambah berat badannya dan tidak lagi merasakan sakit di punggungnya.
“Dia lebih gemuk dibandingkan saat pertama kali datang kepada kami. Tetapi Anda dapat melihat bentuk tulang punggungnya dengan sangat jelas – ini adalah kelainan fisik yang harus ia alami, namun ia baik-baik saja," imbuh Wiek.
Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: News Week