Jumat, 13 SEPTEMBER 2024 • 17:43 WIB

Kisah Anas Al-Qanou asal Palestina, Berhasil Gelar Sidang Tesis Gelar Phd dari Rumahnya yang Rusak Akibat Israel

Author

Anas Al-Qanou asal Palestina yang menyelesaikan sidang tesisnya dari rumahnya di Gaza. (Instagram/taubatters)

INDOZONE.ID - Sebuah kisah inspiratif dari Anas Al-Qanou, calon kandidat doktoral asal Palestina berhasil mempertahankan tesisnya dari rumahnya yang hancur meskipun Gaza masih mengalami pemboman Israel yang berlangsung lebih dari sembilan bulan.

Al-Qanou, calon doktor bidang Fisika Nanoteknologi bisa menyelesaikan tesisnya "Kawat Nano Perak dan UV”, mengenai pembuatan kawat nano perak dan aplikasinya dalam sensor UV dari rumahnya yang rusak di Bir Al-Naja, dekat kamp pengungsi Jabalia di utara Gaza.

Para profesor dari Universitas Sains Malaysia (USM) memfasilitasi pembelaan tesis secara daring akibat serangan Israel terhadap Gaza, seperti yang dikutip dari situs anews.com.

Qanou adalah salah satu dari banyak mahasiswa yang telah mempertahankan disertasinya dari Gaza selama masa perang.

Baca Juga: Kisah Influencer Jepang Hirase Airi yang Hidupnya Berubah Usai Operasi Plastik Rp2 Miliar

Anas Al-Qanou asal Palestina yang menyelesaikan sidang tesisnya dari rumahnya di Gaza. (Instagram/taubatters)

Dia menyelesaikan studi magisternya di Universitas Islam Gaza dan bekerja sebagai guru untuk mendukung keluarganya sebelum melanjutkan studi doktoralnya di Malaysia.

Keterbatasan finansial memaksanya kembali ke Gaza untuk mengajar di Universitas Islam guna mengumpulkan uang untuk studinya.

Secara tidak terduga, ia terjebak di Gaza setelah serangan Israel dimulai pada Oktober 2023. Meskipun menghadapi kondisi yang menantang, termasuk gangguan internet dan listrik, ia berhasil menyelesaikan dan mempertahankan disertasinya, serta akhirnya meraih gelar doktor.

Qanou, bersama banyak warga Palestina lainnya, telah mengalami pengungsian beberapa kali akibat serangan tentara Israel ke kamp Jabalia selama perang yang sedang berlangsung.

Hingga 3 Juli, Sigrid Kach, koordinator utama urusan kemanusiaan dan rekonstruksi untuk Gaza, melaporkan bahwa 1,9 juta orang telah mengungsi di seluruh wilayah tersebut, yang telah mengalami serangan yang menghancurkan selama lebih dari sembilan bulan.

Baca Juga: Kisah Sudan: Badak Putih Utara Terakhir di Dunia yang Menjadi Simbol Kepunahan

"Saat 2021, saya pergi ke Malaysia dan mendaftar di Universiti Sains Malaysia (USM) untuk melanjutkan studi doktoral yang berfokus pada pembuatan kawat nano perak. Penelitian saya juga melibatkan aplikasinya dalam pembuatan sensor ultraviolet dan pemanas listrik yang beroperasi pada tegangan rendah yang terus-menerus," kata Qanou kepada Anadolu.

"Saya kembali ke Gaza sebelum perang Israel pecah untuk bekerja dan mengumpulkan dana untuk keluarga saya. Orang-orang di sini mengalami kondisi yang sangat sulit tanpa pencari nafkah," katanya.

"Selama saya berada di Gaza, perang meletus, dan saya menemukan diri saya di utara Jalur Gaza, mengalami kesulitan dan tragedi yang sama seperti setiap warga Palestina. Rumah saya dibom dan hancur," kata Qanou.

"Selama perang, saya berhenti bekerja pada tesis doktoral saya untuk beberapa waktu tetapi akhirnya melanjutkannya."

Anas Al-Qanou asal Palestina yang menyelesaikan sidang tesisnya dari rumahnya di Gaza. (Istimewa)

Qanou menggambarkan tantangan awal seperti gangguan internet dan pemadaman listrik, namun ia berhasil mengatasinya dan melanjutkan penulisan disertasinya.

"Pada bulan Maret, saya berhasil menyelesaikan pembelaan awal yang mempersiapkan saya untuk pembelaan akhir. Pada 10 Juli, pembelaan akhir saya dilakukan secara daring," katanya.

"Selama pembelaan saya, saya khawatir tentang kemungkinan gangguan internet atau perangkat saya kehabisan baterai. Saya berhasil mengisi daya menggunakan energi matahari, karena diskusi berlangsung sekitar lima jam berturut-turut," kata Qanou.

Baca Juga: Kisah Aysenur Ezgi Eygi: Aktivis Pro Palestina Asal AS Tewas Ditembak Pasukan Israel Saat Demo di Beita Tepi Barat

"Pembelaan dilakukan pada pagi hari di tengah perang yang sedang berlangsung, pemboman rumah saya, dan kondisi sulit yang saya alami seperti warga Palestina lainnya di Gaza yang menghadapi dampak perang," katanya.

Meskipun menghadapi kesulitan ini, pembelaan doktoral berlangsung, dan setelah upaya signifikan, komite di universitas Malaysia memutuskan untuk memberikan gelar tersebut kepadanya.

 

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Anews.com