INDOZONE.ID - Menyambut datangnya bulan Ramadhan, ada beberapa khutbah yang cocok didengarkan saat shalat Jumat.
Khutbah ini biasanya bercerita tentang persiapan menjelang bulan suci Ramadhan.
Selain itu, khutbah Ramadhan juga dapat mengangkat tentang makna dan amalan di bulan puasa.
Nah, INDOZONE sudah merangkum beberapa khutbah Jumat yang singkat dan sedih untuk menyambut bulan Ramadhan.
Khutbah Sedih Bulan Ramadhan
Untuk memaknai arti Ramadhan yang sesungguhnya, bacalah khutbah Jumat menyambut Ramadhan sedih yang penuh makna seperti berikut ini:
Judul: Sikapilah Ramadhan Sebagaimana Mestinya
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allâh Subhanahu wa Ta'ala.
Dan hendaklah ingat, bahwa sebagai seorang Muslim kita diwajibkan selama masih hidup untuk senantiasa taat dan beribadah kepada Allâh Subhanahu wa Ta'ala sebagaimana firman-Nya:
"dan beribadahlah kepada Rabbmu sampai datang kematian kepadamu." (Q.S. al-Hijr/15: 99)
Sebagian ulama salaf mengatakan, "Tiada tujuan lain amalan seorang Muslim, kecuali untuk menghadapi kematian."
Oleh karena itu, merupakan suatu keharusan bagi kita untuk lebih mengerahkan segala kemampuan pada mawâsimil khair (waktu-waktu yang utama untuk melakukan kebaikan).
Di antara bentuk rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yaitu Dia menyediakan bagi para hamba-Nya waktu-waktu utama.
Yang mana pada saat itu semua kebaikan dilipatgandakan balasannya dibandingkan waktu-waktu lainnya.
Di antara waktu itu adalah bulan Ramadhan yang penuh berkah.
Pada bulan ini, Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan Alquran yang merupakan petunjuk bagi umat manusia. Inilah musim melakukan kebaikan yang sangat agung.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullah,
Hendaklah kita bersyukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, karena Dia masih memberi kita kesempatan untuk berjumpa dengan Ramadhan.
Hendaklah kita memohon kepada-Nya agar ditolong dalam melakukan berbagai amal shalih.
Serta berdoalah agar Ia menerima seluruh amalan kita. Karena bulan Ramadhan sebagaimana telah kita ketahui memiliki banyak keistimewaan.
Di antara keistimewaannya adalah Allâh Subhanahu wa Ta'ala menghadirkan Lailatul Qadr pada bulan Ramadhan.
Barangsiapa yang diberi taufik untuk beramal pada malam itu, berarti sama dengan beramal selama delapan puluh tiga tahun.
Bulan yang penuh berkah ini akan segera datang. Mestinya, sejak sekarang kita sudah bertekad akan bersungguh-sungguh dalam melakukan amal shalih pada bulan Ramadhan.
Maka, janganlah kita sia-siakan bulan ini dengan melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, sebagaimana kelakuan orang-orang celaka.
Yaitu orang-orang yang lupa kepada Allâh Subhanahu wa Ta'ala, sehingga Allah pun melupakan mereka.
Mereka tidak bisa memetik manfaat apapun dari bulan yang penuh kebaikan yang akan menjelang ini.
Mereka tidak mengetahui kehormatan bulan ini dan tidak mengetahui nilainya.
Wahai kaum Muslimin, rahimakumullah,
Banyak orang yang tidak mengerti hakikat bulan yang mulia ini.
Yang mereka tahu adalah bulan ini merupakan kesempatan untuk menyantap makanan dan minuman yang bervariasi.
Padahal, terlalu banyak makan menyebabkan seseorang malas melaksanakan ibadah.
Sementara pada bulan Ramadhan, seorang Muslim diharapkan mengurangi makan sehingga bisa bersungguh-sungguh dalam beribadah.
Sebagian lagi memahaminya sebagai kesempatan untuk tidur dan bermalas-malasan.
Mereka pun memanfaatkan sebagian besar waktunya untuk mendengkur, bahkan sampai tertinggal shalat jamaah di masjid. Ini jelas sebuah kekeliruan.
Parahnya lagi, banyak yang menganggap Ramadhan sebagai waktu untuk begadang, bukan dalam rangka beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tapi mereka habiskan malam dengan bercanda-ria dan melakukan berbagai aktivitas yang sama sekali tidak bermanfaat bagi mereka di akhirat.
Ketika badan sudah terasa lelah akibat begadang, mereka segera sahur. Selanjutnya tidur sampai melewati shalat Shubuh. Na'udzubillah.
Inilah fenomena meyedihkan yang sering kita temukan di tengah masyarakat pada bulan Ramadhan.
Mereka meninggalkan berbagai kewajiban dan melakukan perbuatan yang diharamkan.
Rasa takut kepada adzab Allah Subhanahu wa Ta'ala seakan sudah tidak ada lagi di hati mereka.
Kaum Muslimin, rahimakumullah,
Bertakwalah kepada Allah dan jagalah bulan Ramadhan ini.
Perbanyaklah di dalamnya ketaatan-ketaatan, mudah-mudahan Allah menjadikan kita orang-orang yang mengerti akan arti Ramadhan.
Dan semoga Allah juga menggolongkan kita ke dalam orang-orang yang beruntung dan memperoleh kemenangan di bulan yang mulia.
Baca Juga: Bacaan Niat Itikaf di Masjid serta Tata Cara dan Manfaatnya
Khutbah Singkat Menyambut Ramadhan
Khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan singkat bisa jadi pilihan terbaik untuk merefleksikan diri sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.
Judul: Memahami Makna Puasa
Hadirin sidang Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT,
Puasa memungkinkan manusia kembali memasuki ruang batin di dalam dirinya sendiri.
Puasa merupakan wahana manusia menatap dengan jernih sisi batinnya.
Ketika berpuasa kita menjadi lebih menghargai ruang hening itu.
Dengan begitu, kita bisa melakukan introspeksi diri agar menjadi pribadi yang lebih baik.
Makna puasa ini tidak terlepas dari artinya sendiri, yaitu 'menahan diri'.
"Berhentilah makan sebelum kamu kenyang," begitu Nabi bersabda.
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Menyangkut tujuan puasa, Allah SWT menjelaskan bahwa puasa membentuk manusia agar bertakwa.
Takwa yang dimaksud adalah kesadaran bahwa Allah SWT hadir dalam diri manusia.
Dengan kata lain, kita meyakini di dalam diri akan sifat-sifat Allah SWT.
Hal inilah yang memungkinkan Abu Hamid al-Ghazali membagi orang-orang yang melaksanakan puasa dalam tiga tingkatan.
Pertama, puasa orang awam. Kategori ini didasarkan atas hadist Nabi yang berbunyi, "Banyak orang berpuasa hanya memperoleh rasa lapar dan dahaga."
Yang kedua yaitu puasa orang khusus, yakni menahan "panca inderanya" dari perbuatan dosa.
Sedangkan yang ketiga, puasa orang super khusus, karena puasa ini sudah melibatkan "hati nurani".
Terkait dengan pengamalannya, ibadah puasa digambarkan Al-Hallaj dengan tiga tahapan.
Pertama, takhalli (pengosongan). Di sini sifat yang tercela dibuang dan dikosongkan dari diri manusia.
Kedua, tahalli (pengisian). Diri yang telah kosong dari sifat-sifat tercela diisi sifat-sifat baik.
Ketiga, tajalli (penjelmaan). Inilah tahap penerapan sifat-sifat baik dalam konteks sosial-kemasyarakatan.
Saudara-saudara, kaum Muslimin rahimakumullah,
Sebagai penutup, marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa ke hadirat Allah SWT agar kita dapat menjalan ibadah puasa di tahun ini dengan sebaik-baiknya dan penuh kekhusukan.
Baca Juga: Bacaan Latin Doa Niat Puasa Ramadhan Lengkap dengan Artinya
Khutbah Menyentuh Hati tentang Ramadhan
Agar lebih khidmat beribadah, hendaknya kamu mendengarkan khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan yang menyentuh hati seperti di bawah ini:
Judul: Membangun Semangat Cinta Ramadhan
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Di hari Jumat yang penuh berkah ini, marilah kita senantiasa mengagungkan asma Allah Ta'ala dengan mengucapkan Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin atas curahan nikmat-Nya dan juga karunia-Nya.
Shalawat dan salam tak henti-hentinya kita sanjungkan kepada Rasul pilihan dan Nabi tercinta, Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Semoga kita semuanya mendapatkan syafaatnya di akhirat kelak, aamiin.
Kaum muslimin yang berbahagia,
Waktu terus berlalu dan tanpa terasa kita telah sampai di penghujung bulan Sya'ban.
Bulan suci Ramadhan pun kian dekat dan memberikan kesan tersendiri bagi masing-masing orang.
Ada yang bergembira dengan kehadiran bulan suci ini. Ada pula yang biasa-biasa saja.
Kesan "biasa saja" itu bukan karena sikap ingkar melainkan karena terlalu padatnya kehidupan seseorang dengan aktivitas duniawi.
Sehingga ia menganggap perjalanan bulan Rajab, Syaban, dan kemudian Ramadhan hanya sekadar rutinitas belaka.
Sementara Islam dan para ulama begitu memuliakan bulan-bulan tersebut.
Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumid-Din menyebut adanya hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah).
Hari-hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan, dan tiap minggu.
Terkait siklus bulanan, Imam Al-Ghazali memasukkan bulan Syaban ke dalam kategori bulan-bulan utama (al-asyhur al-fadhilah) selain bulan Rajab, Dzulhijjah, dan Muharram.
Syaban berasal dari kata syi'ab yang bisa dimaknai jalan setapak menuju puncak.
Artinya, bulan Syaban adalah bulan persiapan yang disediakan oleh Allah untuk hambanya dalam menapaki, memantapkan diri, dan menyongsong bulan puncak bernama Ramadhan.
Kaum muslimin yang berbahagia,
Bulan Ramadhan memiliki kemuliaan dan keistimewaan yang amat besar, yang tak bisa dijumpai pada bulan-bulan lainnya.
Nilai ibadah dilipatgandakan, doa-doa dikabulkan, dosa-dosa diampuni, pintu surga dibuka, sementara pintu neraka ditutup.
Ramadhan, tak ubahnya tamu agung yang selalu dinanti-nanti kedatangannya.
Rugilah orang yang tidak dapat bertemu dengannya. Namun akan lebih rugi lagi bagi mereka yang menjumpainya tapi tidak mengambil sesuatu darinya.
Yakni dengan menggunakannya sebagai momen meningkatkan kualitas ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT.
Oleh karena itu, kita perlu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.
Sehingga kita dapat memanfaatkannya secara maksimal untuk beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dengan demikian, apa yang menjadi tujuan akhir dari puasa Ramadhan ini, yakni derajat ketakwaan dapat kita raih.
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan dari Ubadah Bin Shamit radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Duhai, telah datang bulan Ramadhan, bulan barakah, yang di dalamnya banyak kebaikan yang meliputi kalian. Maka turunlah rahmat. Berguguranlah segala kesalahan dan dosa. Di dalamnya doa dikabulkan. Maka Allah melihat semangat kalian. Para malaikat juga sangat bangga kepada kalian. Maka perlihatkanlah di hadapan Allah yang terbaik dari jiwa-jiwa kalian. Karena sesungguhnya celaka bagi siapa yang diharamkan rahmat Allah di dalamnya." (HR. At-Thabarani dalam Targhib wa Tarhib, 2/60; Majma' az-Zawaid, 3/142)
Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Sebagai wujud kesungguhan kita menyambut Ramadhan, tentunya kita harus mempersiapkan segala sesuatunya.
Pertama, mari kita sambut bulan yang mulia kali ini dengan memperbanyak tobat yang sebenarnya dan kembali kepada Allah Ta'ala.
Jika permulaan Ramadhan dimulai dengan tobat nasuha, maka jiwa akan bersih dan hati akan suci.
Sehingga kita siap melaksanakan ibadah dengan maksimal yang akan mengantarkan kita pada keberuntungan, seperti firman Allah Ta'ala:
"Bertobatlah segera kalian semua wahai orang-orang beriman, agar supaya kalian mendapatkan keberuntungan." (QS. An-Nur: 31)
Persiapan yang kedua yaitu menyambut bulan Ramadhan dengan penuh bahagia dan gembira.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam selalu menyampaikan dengan gembira tentang hadirnya bulan Ramadhan.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata:
"Telah datang kepada kalian bulan Ramadhan bulan barakah. Allah mewajibkan puasa di dalamnya. Dibuka pintu-pintu surga dan ditutup rapat-rapat pintu neraka, dan dibelenggu setan-setan. Di dalamnya ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Maka barang siapa terhalang dari kebaikan di dalamnya, ia terhalang dari masuk surga." (HR. Ahmad, 2/385 No. 8979; HR. An-Nasa'i, 4/129 No. 2106; HR. Al-Baihaqi di dalam kitab Syu'abul Iman, 3/301, No. 3600)
Sementara itu, persiapan yang ketiga adalah memperbanyak amalan sunnah.
Yaitu dengan membaca Al-Quran, berdzikir, beristighfar, sholat dhuha, sholat tahajud, sholat witir, dan bersedekah.
Agar mampu melakukan itu semua dengan ringan dan istiqomah, kita perlu banyak berlatih.
Di sinilah bulan Rajab dan Syaban berperan sebagai waktu yang tepat untuk membiasakan diri beramal sunnah.
Dengan demikian, kita akan terbiasa melaksanakannya di bulan Ramadhan sehingga iman dan takwa kita bertambah.
Adapun persiapan yang keempat yakni mendalami fikih atau ilmu tentang puasa di bulan Ramadhan.
Pengetahuan yang sahih akan menghindarkan diri dari kesalahan-kesalahan yang bisa merusak ibadah.
Hal ini juga akan mendorong diri kita untuk menjalani ibadah dengan sebaik-baiknya.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Bulan Ramadhan datang kepada kita hanya setahun sekali. Ini adalah kesempatan yang sangat jarang dan langka.
Maka, manfaatkanlah kehadirannya dengan seoptimal mungkin.
Bayangkanlah bahwa kesempatan ini adalah Ramadhan terakhir dalam perjalanan hidup kita.
Bisa saja kita telah tiada di Ramadhan tahun depan.
Demikian khutbah ini kami sampaikan, semoga Allah Ta'ala memberikan kepada kita kekuatan untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya.
Itulah beberapa khutbah yang baik dibagikan menjelang bulan Ramadhan. Selamat menyambut bulan puasa!
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: