Imlek jadi hari spesial bagi masyarakat Tionghoa. Perayaan Imlek erat dengan pertunjukan barongsai yang merupakan budaya warga Tionghoa. Enggak cuma menjadi ikon wajib saat Imlek, barongsai ternyata menjadi sumber pendapatan bagi sebagian orang.
Slamet Hadi Prayitno (75), warga Kampung Pajeksan, Kelurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen, Yogyakarta salah satunya. Pak Pong, panggilan akrabnya, merupakan seorang perajin barongsai selama lebih dari 23 tahun.
Menurutnya, saat ini dialah satu-satunya perajin barongsai yang ada di Yogyakarta. Meski bukan keturunan Tionghoa, Pak Pong sangat mencintai barongsai.
Segala yang dibutuhkan untuk pertunjukan barongsai bisa dibuatnya, mulai dari kostum, kepala barongsai, kepala naga, sampai alat musik pengiring barongsai juga bisa produksi sendiri di rumahnya.
"Sudah 23 tahun lebih (usahanya). Sejak era Presiden Gus Dur, saya sudah membuat macam-macam kostum dan kepala barongsai ada yang besar untuk dewasa yang memang untuk pertunjukan. Ada yang kecil untuk ukuran anak anak bahkan saya juga buat mainan barongsai mini. Sekarang ini ya cuma saya di seluruh Yogja yang buat kostum barongsai, dibantu anak dan keluarga saya," jelas Pak Pong.
Saking cintanya dengan barongsai, Pak Pong enggak hanya memproduksi aneka kostum, tetapi juga punya grup barongsai yang anggotanya 60 orang.
Baca juga: Miris! Di Tengah Meriahnya Perayaan Imlek, Pagoda di Surakarta Malah Penuh Coretan Kotor
Menariknya, enggak ada satupun pemain barongsai dari grup Pak Pong ini yang berdarah Tionghoa. Menjelang Imlek biasanya Pak Pong mengajak para anggota tim barongsai untuk rajin latihan agar siap saat ada permintaan pertunjukan.
"Grup barongsai yang saya bentuk ini bernama Singa Mataram. Anggotanya ada 60-an orang. Ya ada anak cucu saya, saudara-saudara saya terus tetangga dari kampung sini juga anggota yang dari wilayah lain tapi masih dekat-dekat Pajeksan sini juga. Dua sampai tiga bulan sebelum Imlek itu pasti tak (aku) suruh lebih rajin latihan,” kata Pak Pong.
Harga kostum barongsai yang dijual Pak Pong bervariatif. Jenis cetak untuk usia anak dijual dari Rp75 ribu sampai Rp100 ribu. Jenis rakit dijual dengan harga lebih mahal karena kualitasnya yang lebih bagus dan pengerjaan lebih teliti, yakni mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah per set.
Artikel menarik lainnya:
- Kota Solo Bermandikan Cahaya Gemerlap, Ribuan Lampion Ramaikan Perayaan Imlek 2023
- 5 Rekomendasi Hampers untuk Tahun Baru Imlek, Kue Kering Sampai Buket Angpau!
- Kue Shian Tou: Kue Teratai Khas Imlek untuk Para Dewa, Enggak Banyak Diketahui Orang
Bikin cerita serumu dan dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: