INDOZONE.ID - Inggit Garnasih merupakan sosok yang memiliki peranan penting dalam perjalanan politik Presiden ke-1 RI, Ir. Soekarno.
Inggit merupakan perempuan berdarah sunda yang menjadi istri kedua Soekarno.
Inggit merupakan perempuan yang memiliki kepribadian yang istimewa, perempuan yang cerdas, dengan hati yang tulus dan tegar.
Peran Inggit dalam kehidupan Soekarno tidak hanya sebagai seorang istri yang mendukung penuh pencapaian sang suami.
Lebih dari itu, ia merupakan sosok yang mampu berperan sebagai ibu, kekasih, hingga sahabat bagi Soekarno.
Dalam jatuh bangunnya kehidupan Soekarno selama kurang lebih 20 tahun, Inggit menjadi orang yang memberikan dukungan penuh secara emosional, yang menjadikan Soekarno dapat tetap berdiri tegak dan kuat.
Perjalanan Cinta Inggit dan Soekarno
Inggit bukan merupakan perempuan yang terlahir dari keluarga bangsawan.
Ia merupakan anak yang terlahir dari keluarga sederhana yang berprofesi sebagai petani.
Ayahnya bernama Ardjipan dan ibunya bernama Amsi.
Pernikahan Inggit dengan Soekarno bukanlah pernikahan pertama bagi keduanya.
Baca Juga: Peran Dewi Sartika untuk Pendidikan Perempuan Indonesia Melalui Sakola Kautamaan Isteri
Pada usia 12 tahun, Inggit telah menikah dengan seorang Kopral Residen bernama Nata Atmaja.
Pernikahan mereka berlangsung selama empat tahun, yang berakhir dengan perceraian pada 1904, bertepatan dengan tahun yang sama ayah Inggit meninggal dunia.
Setelah berpisah dengan Nata Atmaja, Inggit kemudian kembali memulai hubungan pernikahan dengan Haji Sanusi yang merupakan seorang pedagang yang tergabung dalam Sarekat Islam, sebuah organisasi islam pada saat itu.
Posisinya sebagai istri Haji Sanusi memberikan kesempatan pada Inggit untuk hadir dalam aktivitas-aktivitas penting Sarekat Islam.
Inggit bukanlah perempuan yang berpendidikan tinggi.
Ia hanya mengenyam pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah, yang merupakan sekolah islam yang setara dengan tingkat sekolah dasar.
Kendati demikian, ia merupakan seorang yang baik hati dan memiliki keberanian untuk berkembang.
Kisah Cinta Inggit dan Soekarno bermula saat Soekarno datang ke Bandung untuk melanjutkan sekolah di Technische Hooge School.
H.O.S Tjokroaminoto yang merupakan teman dari Haji Sanusi, mengirimkan surat yang mengatakan bahwa putrinya Siti Oetari dan menantunya Soekarno akan segera tiba di Bandung.
Selama menempuh pendidikan di Bandung, Soekarno tinggal di rumah Haji Sanusi dan Inggit.
Dari sinilah kisah mereka bermula, hingga akhirnya mereka memutuskan menikah pada tahun 1923.
Dukungan Inggit di Masa Studi Soekarno 1921-1926
Sebagai istri dari seorang tokoh besar, Inggit memiliki peranan yang besar dalam menemani perjalanan politik Soekarno.
Pada tahun 1921-1926, saat Soekarno menempuh pendidikan di THS atau sekarang yang kita kenal sebagai ITB, Inggit selalu memberikan semangat dan membantu suaminya untuk menyelesaikan kuliahnya.
Inggit selalu meyakinkan dan memberikan semangat kepada Soekarno untuk menyelesaikan studinya, demi cita-cita Soekarno dan bangsa Indonesia.
Selain memberikan dukungan secara emosional, Inggit juga mendukung Soekarno secara finansial dengan membantu membayarkan biaya kuliahnya.
Atas dukungan dari sang istri inilah Soekarno dapat menyelesaikan kuliahnya dengan baik.
Inggit juga menjadi tuan rumah yang terbuka jika Soekarno dan teman-temanya sedang melakukan diskusi di kediaman mereka.
Terkadang ia juga menjadi penengah saat perdebatan mengenai permasalahan politik mulai memanas.
Dukungan Inggit pada Soekarno Dalam Pergerakan Nasional 1929-1943
Soekarno sebagai salah satu tokoh vital dalam pergerakan nasional, dengan sikapnya yang keras dan kerap kali memberikan kritik terhadap Belanda, tentu membuat Belanda menganggap Soekarno sebagai suatu ancaman.
Dalam perjalanannya, pada kurun waktu 1923-1943, Soekarno dua kali mengalami pengasingan atas kritikan yang ia berikan kepada Belanda.
Baca Juga: Fatimah al-Fihri, Pendiri Universitas Pertama di Dunia yang Menginspirasi Peradaban
Pengasingan pertama pada tahun 1930, Soekarno dijatuhkan hukuman penjara selama 4 tahun dan dikirim ke penjara Sukamiskin, Bandung.
Selama di pengasingan ini, hanya Inggit Ganarsih dan juga putri angkatnya Ratna Djoemi, yang selalu datang untuk menguatkan dan menghibur Soekarno.
Inggit tidak hanya memberikan dukungan secara emosional, akan tetapi ia juga selalu memberikan informasi penting terkait hal-hal yang terjadi di luar penjara kepada Soekarno.
Pada tahun 1934, Ir Soekarno kembali mengalami pengasingan.
Kali ini lebih jauh dan sepi, ia diasingkan ke Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.
Di masa sulit seperti ini, Inggit Garnasih sama sekali tidak meninggalkan Soekarno.
Ia tetap setia dan tegar mendampingi suaminya di tempat pengasingan.
Inggit membawa serta anak serta ibunya yang telah janda, pindah ke Ende untuk menemani Soekarno.
Inggit merupakan istri yang setia dan tulus mengabdikan diri kepada Soekarno.
Akan tetapi pernikahan mereka berakhir pada tahun 1943, saat Soekarno memutuskan menikah dengan Fatmawati dengan alasan ingin memiliki anak.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: International Journal For Historical Studies