Sabtu, 27 JANUARI 2024 • 12:20 WIB

Mengenal Gigantisme, Pertumbuhan Hormon Berlebih Pada Anak yang Pengaruhi Tinggi dan Berat Badan

Author

Ilustrasi anak alami gigantisme

INDOZONE.ID - Pernahkah kalian mendengar istilah gigantisme? Ini adalah suatu kondisi berlebihnya hormon pertumbuhan pada anak-anak.

Kondisi ini berdampak pada ukuran tinggi dan berat badan yang melebihi anak seusianya. Gigantisme biasanya mulai terjadi pada masa anak-anak atau remaja, umumnya sebelum pertumbuhan tulang panjang berhenti sepenuhnya.

Penyebab Gigantisme

Ilustrasi anak alami gigantisme

Penyebab paling umum dari gigantisme adalah, adanya tumor pada kelenjar hipofisis atau kelenjar pituitari yang terletak di bagian bawah otak.

Kelenjar ini memiliki peran penting dalam tahap perkembangan seksual, kontrol suhu tubuh, produksi urine, serta metabolisme pertumbuhan pada wajah, tangan dan kaki.

Oleh karena itu, tumbuhnya tumor pada kelenjar hipofisis dapat mengakibatkan produksi hormon pertumbuhan yang berlebihan pada anak-anak.

Baca Juga: Menggali Potensi! Pentingnya Melatih Otak Kanan Anak Sejak Dini

Selain faktor-faktor di atas, gigantisme juga dapat disebabkan oleh kondisi-kondisi berikut ini:

1. Carney complex: Ini melibatkan pertumbuhan tumor jinak pada kelenjar endokrin, jaringan ikat, dan munculnya bintik-bintik yang lebih gelap pada kulit. Kondisi ini bersifat herediter.

2. Multiple endocrine neoplasia type 1 (MEN 1): Kondisi ini melibatkan pertumbuhan tumor pada kelenjar hipofisis, kelenjar paratiroid, dan pankreas. MEN 1 adalah kelainan yang dapat diwariskan.

3. Neurofibromatosis: Kondisi ini terkait dengan pertumbuhan tumor pada sistem saraf dan merupakan kelainan genetik yang dapat diwariskan.

4. Sindrom McCune-Albright: Ini melibatkan pertumbuhan tidak normal pada jaringan tulang, kelainan kelenjar, dan munculnya bercak cokelat muda pada kulit.

Gejala Gigantisme

Ilustrasi anak alami gigantisme

Hal ini mungkin sering dianggap wajar, karena kondisi tersebut tidak mudah terdeteksi. Oleh sebab itu, sebagai upaya mencegah gigantisme, ada baiknya untuk mengenali gejala-gejalanya seperti:

1. Ukuran badan anak jauh lebih tinggi dari seusianya.

2.Rahang dan dahi yang menonjol, serta hidung menjadi datar.

3. Kepala, lidah dan bibir mengalami pembesaran.

4. Beberapa bagian tubuh anak memiliki perbedaan proporsi dengan bagian tubuh lainnya, seperti penebalan pada jari tangan dan kaki.

Baca Juga: Mengenali Gejala Kesehatan Mental Anak Akibat Perilaku Bullying, Waspadai Perubahan Emosional

Pengobatan Gigantisme

Ilustrasi anak alami gigantisme

Produksi hormon yang berlebih dapat dikendalikan oleh beberapa metode. Meski, belum ada terapi yang berhasil sepenuhnya untuk menormalkan pertumbuhan hormon, namun tindakan operasi transsphenoidal dapat diambil sebagai langkah awal untuk menangani tumor pada kelenjar pituitari.

Selanjutnya, terapi sinar gamma yang dapat digunakan untuk mengekspos tumor di otak. Terapi tersebut, efektif mengembalikan tingkat hormon pertumbuhan ke kondisi normal.

Namun, terapi ini memiliki risiko efek samping seperti gangguan emosional, obesitas, dan kesulitan belajar, sehingga sering diambil sebagai alternatif akhir jika operasi standar gagal.

Pengobatan gigantisme juga melibatkan penggunaan obat untuk menghentikan produksi hormon pertumbuhan, bisa dalam bentuk suntikan bulanan atau pil.

Kombinasi keduanya dapat digunakan untuk mengurangi tingkat hormon pertumbuhan, terutama jika operasi tidak berhasil atau jika tumor kembali tumbuh.

Penting untuk mendetksi sejak dini terkait gigantisme, melalui pemahaman gejala untuk pengelolaan yang efektif. Kesadaran dan perawatan yang tepat dapat meningkatkan kualitas hidup individu yang mengalami kondisi ini.

 

Writer: Putri Surya Ningsih


Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let's join Z Creators dengan klik di sini.

Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: Halodoc.com