Senin, 26 AGUSTUS 2024 • 17:30 WIB

Mengenal Pertusis, Penyakit Batuk 100 Hari yang Sangat Berbahaya Bagi Bayi dan Anak-anak

Author

Ilustrasi penderita batuk

INDOZONE.ID - Pertusis atau batuk 100 hari disebut juga batuk rejan, adalah salah satu penyakit menular yang menyerang saluran pernapasan manusia.

Penyakit ini sangat mudah menyebar, di mana penyebarannya dihasilkan dari droplet penderita yang batuk atau bersin.

Penyakit ini sangat berbahaya bagi bayi dan anak-anak, karena menjadi penyebab utama kematian pada kelompok usia bayi dan anak-anak.

Penyebab dan Gejala

Penyebab penyakit pertusis yaitu infeksi bakteri bordetella pertusis. Gejala akan terjadi setelah 7 hingga 10 hari setelah seseorang terpapar bakteri tersebut dan bervariasi menurut usia.

Gejala awal yang terjadi yaitu gejala pilek seperti hidung meler, kelelahan, mata berair, dan demam. Baru di fase selanjutnya, penyakit ini dapat dibedakan dengan penyakit pernafasan lainnya.

Satu atau dua minggu setelahnya, penderita pertusis akan menderita batuk yang keras dan berulang, dan biasanya disertai suara rejan.

Beberapa kondisi yang dapat terjadi akibat batuk ekstrem ini antara lain hilangnya kendali kantung kemih, muntah, serta menyebabkan terjadinya kelelahan, pusing, sakit kepala, bahkan dapat menyebabkan bibir biru setelah terjadinya batuk.

Baca Juga: Dinkes Sulsel Kirim Sampel Anak Dicurigai Pertusis Usai 4 Orang Terkonfirmasi

Beberapa aktivitas yang memicu terjadinya batuk antara lain tertawa, berolahraga, berteriak, atau saat sedang meregangkan badan. Frekuensi batuk akan semakin sering saat malam hari.

Gejala yang terjadi pada remaja dan orang dewasa biasanya tidak separah pada bayi dan anak-anak, terlebih lagi ketika mereka sudah divaksin saat masih anak-anak.

Pada bayi yang terkena pertusis, perlu mendapat perhatian lebih, karena seringnya bayi tidak batuk sama sekali, namun yang terjadi adalah berhenti napas dan membiru, sehingga perlu segera dilakukan penanganan medis lebih lanjut.

Selain pada bayi dan anak-anak, pertusis dapat menjadi parah pada orang yang berisiko tinggi, seperti pada penderita asma, di mana lebih berisiko terjadinya komplikasi.

Pengobatan Pertusis

Pengobatan pertusis dapat dilakukan dengan mengonsumsi antibiotik yang sudah diresepkan oleh dokter. Konsumsi antibiotik ini sangat penting dilakukan karena untuk mengurangi tingkat keparahan, durasi, dan risiko komplikasi, utamanya pada bayi.

Selain konsumsi obat, hal lain yang dapat dilakukan untuk mendukung keberjalanan pengobatan yaitu banyak istirahat, minum banyak cairan, sering konsumsi cemilan-cemilan kecil untuk mencegah terjadinya muntah.

Baca Juga: 8 Buah-buahan Sehat untuk Mengatasi Batuk dan Pilek

Pencegahan Pertusis

Beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah pertusis antara lain:

  1. Imunisasi.
  2. Biasakan cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, utamanya setelah melakukan kontak dengan penderita.
  3. Tutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin.
  4. Istirahat di rumah ketika sakit agar tidak terjadi penyebaran penyakit lebih luas.

 


Banner Z Creators.

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi

Sumber: WHO, CDC

TERPOPULER
TAG POPULER
BERITA TERKAIT
BERITA TERBARU
Tentang Kami Redaksi Info Iklan Kontak Pedoman Media Siber Kode Etik Jurnalistik Pedoman AI dari Dewan Pers Karir