INDOZONE.ID - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan virus Cacar Monyet alias Monkey Pox (Mpox), menjadi salah satu wabah darurat kesehatan dunia yang dapat menyebar secara cepat melalui kontak dekat.
Virus ini bahkan dikatakan juga sebagai salah satu virus menular yang berbahaya, karena memungkinkan komplikasi dengan risiko lebih tinggi yang dapat menyebabkan kematian.
Penularan Virus Mpox
Dari yang diungkapkan oleh WHO, cacar monyet atau Mpox merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh virus cacar monyet.
Virusnya dapat menyebar di antara kontak langsung yang berhubungan dari lingkungan manusia melalui sentuhan benda maupun objek lainnya, yang telah berhubungan langsung dengan penderita penyakit cacar monyet.
WHO juga mengungkapkan virus ini juga dapat ditularkan dari kontak hewan liar yang terinfeksi langsung ke orang yang melakukan kontak dengan mereka
Gejala Mpox
WHO menyebut gejala cacar monyet ini dapat disebabkan dari berbagai tanda dan gejala.
Umumnya orang yang mengalami gejala cacar ini akan mendapatkan tubuhnya berupa ruam yang berlangsung selama 2-4 minggu.
Diikuti juga dengan rasa sakit lainnya seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, nyeri punggung, bahkan sampai pembengkakan kelenjar getah bening.
Ruam yang timbul dapat tampak pada bagian kulit wajah, telapak tangan, telapak kaki, selangkangan, maupun daerah genital.
Baca Juga: Waspada! Bayi dan Anak-Anak Paling Berisiko Terkena Mpox
Dalam beberapa kasus penyebaran virus Mpox, beberapa orang juga mengalami peradangan pada rektum (proktitis), yang dapat menyebabkan rasa sakit yang menjulur hebat di sekitaran tubuh, serta peradangan pada alat kelamin, yang menyebabkan kesulitan buang air.
Infeksi parah virus ini juga menyebabkan lesi (kerusakan jaringan tubuh) lebih besar dan luas, terutama di area mulut, mata, dan alat kelamin. Komplikasi besarnya juga dapat memengaruhi otak (ensefalitis), jantung (miokarditis) atau paru-paru (pneumonia), dan masalah mata.
Penyebaran Virus Mpox
Penyebaran virus cacar ini dapat menyebar di antara kontak langsung antar manusia dengan manusia, maupun manusia dengan hewan.
Pertama, kontak langsung dengan pengidap penyakit cacar melalui kontak dekat, termasuk kegiatan fiisk yang dilakukan dari kulit ke kulit, mulut ke mulut, atau mulut ke kulit.
Kontak langsung tersebut juga mencakup bertatap muka dan berbicara berdekatan dengan pengidap.
Tidak hanya melakukan kontak fisik, virus ini juga dapat menyebar melalui objek benda di sekitaran.
Seperti pada pakaian, tempat tidur, handuk, barang elektronik, alat makan, dan objek benda lainnya yang telah bersentuhan dengan penderita cacar air.
Yang kedua, virus ini juga dapat menyebar dari kontak hewan ke manusia secara fisik. Beberapa hewan seperti monyet atau hewan pengerat darat (seperti tupai pohon), beberapanya dapat terkena cacar air.
Paparan yang dapat menular dari kontak fisik dengan hewan tersebut dapat terjadi melalui gigitan, cakaran, atau ketika melakukan kegiatan seperti berburu (menguliti).
Virus yang terinfeksi akibat kontak fisik dengan hewan juga dapat tertular melalui makan daging yang tidak dimasak secara matang.
Dari pernyataan WHO, beberapa spesies hewan yang diketahui rentan terhadap virus ini membawa potensi penularan virus dari manusia ke hewan, termasuk kontak fisik dengan hewan peliharaan seperti kucing, anjing, hamster, marmut, hewan ternak, dan satwa liar lainnya.
Siapa yang Paling Berisiko Kena Cacar Monyet?
Menurut WHO, potensi orang yang beresiko terkena cacar monyet ialah siapapun orang yang melakukan kontak fisik secara dekat dengan seseorang yang mengidap penyakit tersebut.
Anak-anak memiliki resiko lebih besar terkena cacar air dibandingkan orang dewasa atau lansia.
Ini karena aktivitas mereka yang terhitung aktif untuk melakukan kontak dengan banyak orang di sekitaran lingkungan rumah, di sekolah, maupun tempat umum lainnya, yang menjadi sarana bermain dan belajar mereka.
Di beberapa tempat di Afrika, anak-anak dan remaja banyak terpapar melalui kegiatan berburu dan mengonsumsi daging yang tidak cukup matang.
Aktivitas seksual yang dilakukan juga dapat menyebabkan seseorang terpapar virus ini, jika salah satunya sudah membawa penyakit tersebut karena adanya kontak fisik yang terjadi dari kulit ke kulit.
Penyakit cacar ini juga dapat menular pada Ibu hamil, dan dapat berbahaya bagi janin atau bayinya yang baru lahir.
Dampaknya dapat menyebabkan keguguran, kematian bayi yang baru lahir, atau komplikasi lainnya yang terjadi pada sang Ibu.
Perawatan Jika Terkena Cacar Air
Menurut WHO, perawatan yang dibutuhkan seseorang jika terkena penyakit cacar air tergantung pada gejala dan resiko masing-masing orang.
Baca Juga: Anak Terkena Mpox, Begini Cara Mengatasinya Jangan Sampai Terlambat
Gejala penyakit ini biasanya hanya berlangsung selama 2-4 minggu dan biasanya akan hilang dengan sendirinya dengan bantuan perawatan dari obat yang disarankan dokter.
Para penderita cacar juga biasanya disarankan untuk mengisolasi diri mereka untuk menghindari kontak fisik yang dapat menular.
Selain itu, pemulihan di rumah juga harus dijaga penuh dengan menjaga pola makan dan hidup yang sehat.
Orang yang terkena cacar air juga disarankan untuk menghindari menggaruk kulit dan rajin merawat ruam mereka, dengan cara membersihkan terlebih dahulu tangan sebelum dan sesudah menyentuh lesi guna menjaga kulit tetap kering.
Pengidap juga nantinya akan diberikan saran bagaimana mereka harus menjaga kebersihan tubuhnya berdasarkan saran dan petunjuk dari dokter.
Biasanya orang yang terpapar penyakit cacar air nantinya akan mendapat vaksinasi untuk mengembangkan kembali kekebalan tubuh.
Organisasi WHO juga menambahkan jika seseorang pernah menderita cacar air sebelumnya, beberapanya mungkin dapat terkena penularan kembali tergantung pada kekebalan tubuh seseorang.
Sehingga penting juga dalam melakukan pencegahan guna menghindari paparan lebih lanjut.
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi
Sumber: WHO